Jumat, 11 Juni 2010

pakarena

*
South Celebes

* Home
* About
* Daftar Tempat Makan di Makassar

Jalan-jalan Ke Jeneponto Sulawesi Selatan
maccera tappareng ritual menghormati mahluk penghuni danau tempe
August 11, 2008...1:03 am
Profil Tari Pakarena Makassar
Jump to Comments

Memang tak ada orang yang tahu persis sejarah Pakarena. Tapi dari cerita-cerita lisan yang berkembang, tak diragukan lagi tarian ini adalah ekspresi kesenian rakyat Gowa.

Menurut Munasih Nadjamuddin yang seniman Pakarena, tarian Pakarena berawal dari kisah mitos perpisahan penghuni boting langi (negeri kahyangan) dengan penghuni lino (bumi) zaman dulu. Sebelum detik-detik perpisahan, boting langi mengajarkan penghuni lino mengenai tata cara hidup, bercocok tanam, beternak hingga cara berburu lewat gerakan-gerakan tangan, badan dan kaki. Gerakan-gerakan inilah yang kemudian menjadi tarian ritual saat penduduk lino menyampaikan rasa syukurnya kepada penghuni boting langi.

Sebagai seni yang berdimensi ritual, Pakarena terus hidup dan menghidupi ruang batin masyarakat Gowa dan sekitarnya. Meski tarian ini sempat menjadi kesenian istana pada masa Sultan Hasanuddin raja Gowa ke-16, lewat sentuhan I Li’motakontu, ibunda sang Sultan. Demikian juga saat seniman Pakarena ditekan gerakan pemurnian Islam Kahar Muzakar karena dianggap bertentangan dengan Islam. Namun begitu tragedi ini tidak menyurutkan hati masyarakat untuk menggeluti aktifitas yang menjadi bagian dari hidup dan kehidupan yang menghubungkan diri mereka dengan Yang Kuasa.

Belakangan ini tangan-tangan seniman kota dan birokrat pemerintah daerah (pemda) telah menyulap Pakarena menjadi industri pariwisata. Dengan bantuan tukang seniman standar estetika diciptakan melalui sanggar-sanggar agar bisa dinikmatin orang luar. Untuk mendongkrak pendapatan daerah, alasannya. Sebagian seniman mengikuti standar resmi dan memperoleh fasilitas pemda. Tapi sebagian seniman lain enggan mengikuti karena dianggap tidak sesuai tradisi adat setempat, meski menanggung resiko tidak memperoleh dana pembinaan pemda atau tidak diundang dalam pertunjukan-pertunjukan.

Dg Mile (50 tahun), misalnya. Seniman Pakarena asal desa Kalase’rena, Kec. Barang lompo ini tergolong teguh pendirian. Ia biasanya mencari berbagai cara berkelit untuk tidak menghadiri undangan departemen pariwisata. Kadang beralasan sedang ada acara ritual sendiri di kampungnya atau menghadiri sunatan dan pengantin tetangganya, atau kalau pun tidak bisa menolak maka ia akan menuntut syarat agar teman-temannya tidak terlantar usai pertunjukan.

Cara lain yang agak berbeda ditunjukkan Sirajuddin Bantam. Anrong guru Pakarena dari Gowa ini terang-terangan menolak tampil jika ada pejabat yang mau mendikte tampilan penarinya. Bahkan saat diminta tampil, ia tidak segan mempertanyakan lebih dulu keperluan pertunjukan itu dan sejauh mana menguntungkan teman-temannya. Karena ia tahu ada jenis tarian yang bisa dipertontonkan dan mana yang hanya bisa tampil di acara-acara tertentu. Sirajuddin juga kadang ngibulin pejabat yang menuntut tampilan tertentu dengan tiba-tiba mengubah sendiri skenario tarian di atas panggung.

Sikap yang ditempuh para seniman ini memang bukan tanpa resiko. Mereka harus merawat tradisi Pakarena dengan hidup pas-pasan tanpa bantuan pemerintah. Hanya dengan kreatifitas saja mereka bisa bersaing dengan seniman kota yang menikmati fasilitas dan kesejahteraan jauh di atas rata-rata.

Kecerdikan ini misalnya dipunyai Sirajuddin dan Dg Mile. Sirajuddin mendokumentasikan sendiri tarian Pakarena dan lalu memperkenalkannya ke publik sampai mancanegara. Tentu saja dia dan para seniman kampung yang bersamanya juga mengkreasi Pakarena ini. Tapi ia sungguh menyadari mana tarian yang bisa dikreasi dan mana yang tidak. “Royong yang biasa dipakai ritual, tak perlu ditampilkan. Hanya pakarena Bone Balla yang ditampilkan,” ujar pemilik sanggar tari Sirajuddin ini, sembari menjelaskan bahwa Bone Balla biasa dipertontonkan kerajaan untuk menyambut para tamu.

Sementara itu, Dg Mile yang juga pemilik sanggar Tabbing Sualia ini lebih memilih tampil sendiri tanpa bergantung sama pemda. Paling banter dia dan kelompoknya hanya mau tampil bila bekerja sama dengan LSM tertentu yang peduli terhadap kesenian rakyat. ”Selama ini saya lebih suka main dengan Latar Nusa ketika mau menampilkan kesenian Pakarena di dalam dan di luar negeri,” kata Dg Mile menyebut nama LSM itu.

Begitulah, rupanya kaum seniman memiliki pengertian beda mengenai Pakarena. Orang macam Dg Mile dan Sirajuddin menyadari, Pakarena yang ”dipasarkan” pemda selama ini cenderung terpisah dari kehidupan, tradisi, dan makna yang diimajinasikan komunitas. Proses itu hanya menguntungkan seniman kelas menengah di kota dan kepentingan tertentu di pemerintahan. Seperti keinginan pemda mengubah pakaian penari tradisi di Sulsel agar sesuai dengan norma agama tertentu.

Jelas ini melahirkan kerisauan. Dg Mile sampai-sampai menjelaskan berulangkali kalau Pakarena tidaklah syirik karena ditujukan kepada Yang Kuasa. Sirajuddin pun meminta agar para agamawan tidak menggunakan syariat yang formalis saja dalam menilai kesenian, tapi menggunakan hakikat atau tarekat. “Jika pemahaman mereka benar, tidak ada kesenian kita yang bertentangan dengan agama,” ujar Sirajuddin, sambil mencontohkan istilah passili dalam Pakarena yang berarti memerciki para seniman dan peralatannya dengan sejumput air agar membawa keberuntungan, selaras dengan agama. ”Lalu mana lagi yang harus diberi warna atau nuansa agama,” kata Sirajuddin mengakhiri argumentasinya.

Kalau sudah begini, soalnya menjadi tergantung siapa yang menafsir. Kebenaran kembali ada dalam keyakinan para penghayatnya. Bukan elit agama atau birokrasi yang kerap memonopoli makna.[Liputan oleh Syamsurijal Adhan]

Sikap batinnya hening, penuh kelembutan, dedikatif, itulah kesan yang tersirat dari gemulainya gerakan penari ini. Tari Pakarena yang dibawakan penari ini adalah tarian kas masyarakat Sulawesi Selatan. Setiap penari harus melakukan upacara ritual adat yang disebut jajatang, dengan sesajian berupa beras, kemeyan dan lilin. Ini dimaksudkan untuk memperoleh kelancaran sepanjang pertunjukan berlangsung.

Pakarena adalah bahasa setempat berasal dari kata Karena yang artinya main. Sementara ilmu hampa menunjukan pelakunya. Tarian ini mentradisi di kalangan masyarakat Gowa yang merupakan wilayah bekas Kerajaan Gowa.

Ini dulunya, pada upacara-upacara kerajaan Tari Pakarena ini dipertunjukkan di Istana. Namun dalam perkembangannya, Tari Pakarena ini lebih memasyarakat di kalangan rakyat. Bagi masyarakat Gowa, keberadaan Tari Pakarena tidak bisa dilepaskan dari kehidupan mereka sehari-hari.

Kelembutan mendominasi kesan pada tarian ini. Tampak jelas menjadi cermin watak perempuan Gowa sesungguhnya yang sopan, setia, patuh dan hormat pada laki-laki terutama terhadap suami.

Gerakan lembut si penari sepanjang tarian dimainkan, tak urung menyulitkan buat masyarakat awam untuk membedakan babak demi babak. Padahal tarian ini terbagi dalam 12 bagian. Gerakan yang sama, nyaris terangkai sejak tarian bermula. Pola gerakan yang cenderung mirip dilakukan dalam setiap bagian tarian.

Sesungguhnya pola-pola ini memiliki makna khusus. Gerakan pada posisi duduk, menjadi pertanda awal dan akhir Tarian Pakarena. Gerakan berputar mengikuti arah jarum jam. Menunjukkan siklus kehidupan manusia.

Sementara gerakan naik turun, tak ubahnya cermin irama kehidupan. Aturan mainnya, seorang penari Pakarena tidak diperkenankan membuka matanya terlalu lebar. Demikian pula dengan gerakan kaki, tidak boleh diangkat terlalu tinggi. Hal ini berlaku sepanjang tarian berlangsung yang memakan waktu sekitar dua jam.

Tidak salah kalau seorang penari Pakarena harus mempersiapkan dirinya dengan prima, baik fisik maupun mental. Gerakan monoton dan melelahkan dalam Tari Pakarena, sedikit banyak menyebabkan kaum perempuan di Sulawesi Selatan, tak begitu berminat menarikannya.

Kalaupun banyak yang belajar sejak anak-anak, tidak sedikit pula yang kemudian enggan melanjutkannya saat memasuki jenjang pernikahan. Namun tidak demikian halnya seorang Mak Joppong. Perempuan tua yang kini usianya memasuki 80 tahun ini, adalah seorang pelestari tari klasik Pakarena.

Ia seorang maestro tari khas Sulawesi Selatan ini. Ia seorang empu Pakarena. Mak Joppong sampai sekarang masih bersedia memenuhi undangan. Untuk tampil menarikan Pakarena yang digelutinya sejak usia 10 tahun ini. Disebut-sebut, perempuan inilah yang mampu menarikan Pakarena dengan utuh, lengkap dengan kesakralannya sebagai sebuah tarian yang mengambarkan kelembutan perempuan Gowa.

Mak Joppong tak pernah mau ambil pusing dengan bayaran yang diterimanya. Dedikasi penuh pada tarian ini, membuatnya rela menerima seberapapun besarnya bayaran yang diberikan si pengundang.

Padahal selepas ditinggal suaminya wafat, kehidupannya banyak bergantung pada kesenian yang telah lama diusungnya ini. Namun biasanya, ia menerima bayaran sekitar 500 ribu hingga 1 juta rupiah, untuk tampil semalam suntuk, termasuk biaya sewa pakaian dan alat-alat.

Tubuh yang sudah renta termakan usia. kulit yang semakin keriput sejalan perjalanan hidup, tak membuatnya surut dalam berkarya bersama Tari Pakarena. Bahkan untuk membagi kebisaan yang didapat dari ayahnya ini. Ia sejak tahun 1978, mengajarkan Tari Pakarena kepada para gadis di kampungnya di Desa Kambini, Kecamatan Palangga, Kabupaten Gowa.

Di rumahnya, yang merupakan rumah panggung kas Gowa yang disebut Balarate, para gadis melangkah, melengok, mengerakan tangannya mengikuti gerak si empu Pakarena Mak Joppong.

Saat ini ada 6 gadis yang menjadi anak didiknya, dan tak sepeserpun, Mak Joppong memunggut biaya. Tari Mak Joppong amat terasa sedih disaat salah seorang anak didiknya memasuki jenjang pernikahan.

Karena biasanya, usai menikah, anak didiknya tak lagi menekuni Tari Pakarena. Sebuah kebiasaan di Gowa, adalah hal yang tabu dan malu, bila seorang perempuan yang telah menikah tampil di muka umum.

Pandangan umum inilah yang menyebabkan Tari Pakarena seolah hanya selesai sampai di situ. Padahal tidak demikian buat Mak Joppong, Pakarena adalah Tarian sakral yang tidak semua perempuan mampu menarikannya. Ketekunan dan kesabaran menjadi modal utama buat Penari Pakarena. Itulah salah satunya yang dimiliki Mak Joppong hingga kini.

Kini nasib Tari Pakarena seolah hanya bersandar pada Mak Joppong semata. Selain hanya ia yang paham akan seluk beluk tarian ini, ia pula lah yang tetap setia mengusung tari tradisional yang pernah jaya di masa kerajaan Gowa dulu.

Penari Pakarena, begitu lembut mengerakan anggota tubuhnya. Sebuah cerminan wanita Sulawesi Selatan. Sementara iringan tetabuhan yang disebut Gandrang Pakarena, seolah mengalir sendiri. Hentakannya yang bergemuruh, selintas tak seiring dengan gerakan penari. Gandrang Pakarena, adalah tampilan kaum pria Sulawesi Selatan yang keras.

Tarian Pakarena dan musik pengiringnya bak angin kencang dan gelombang badai. Terang musik Gandrang Pakarena bukan hanya sekedar pengiring tarian. Ia juga sebagai penghibur bagi penonton. Suara hentakan lewat empat Gandrang atau gendang yang ditabuh bertalu-talu ditimpahi tiupan tuip-tuip atau seruling, para pasrak atau bambu belah dan gong, begitu mengoda penontonya.

Komposisi dari sejumlah alat musik tradisional yang biasanya dimainkan 7 orang ini, dikenal dengan sebutan Gondrong Rinci. Pemain Gandrang sangat berperan besar dalam musik ini. Irama musik yang dimainkan sepenuhnya bergantung pada pukulan Gandrang. Karena itu, seorang pemain Gandrang harus sadar bahwa ia adalah pemimpin dan ia paham akan jenis gerakan Tari Pakarena.

Biasanya selain jenis pukulan untuk menjadi tanda irama musik bagi pemain lainnya, seorang penabuh Gandrang juga mengerakan tubuh terutama kepalanya. Ada dua jenis pukulan yang dikenal dalam petabuhan Gandrang.

Yang pertama adalah pukulan Gundrung yaitu pukulan Gandrang dengan menggunakan stik atau bambawa yang terbuat dari tanduk kerbau. Yang kedua adalah pukulan tumbu yang dipukul hanya dengan tangan.

Gemuruh suara yang terdengar dari sejumlah alat musik tradisional Sulawesi Selatan ini, begitu berpengaruh kepada penonton. Mereka begitu bersemangat, seakan tak ingat lagi waktu pertunjukan yang biasanya berlangsung semalam suntuk.

Semangat inipula yang membuat para pemain musiknya semakin menjadi. Waktu bergulir, hentakan Gandrang Pakarena terus terdengar. Namun entah sampai kapan Gandrang Pakarena akan terus ada.

Nasibnya amat bergantung pada Tarian Pakarena sendiri yang kini masa depannya seolah hanya berada di tangan Mak Joppong. Muda-mudahan semangatnya tak akan pudar, seiring dengan irama musiknya yang mencerminkan kerasnya lelaki Sulawesi Selatan. (Sup)

_________________________________________

dikutip dari berbagai sumber :

flickr.com : keyword =pakarena

artikel : Mh. Nurul Huda & Syamsurijal Adhan

http://cybertravel.cbn.net.id/cbprtl/common/stofriend.aspx?x=Time+Traveller&y=cybertravel|2|0|3|540

http://desantara.org/v3/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=107

http://makassarterkini.com/index.php?option=com_content&task=view&id=320&Itemid=85

http://guratcipta.files.wordpress.com/2007/11/jennifer-galigo3-2.jpg

http://nurulhuda.wordpress.com/2006/09/28/

Harian Fajar, 28 September 2006

Possibly related posts: (automatically generated)

* Akkarena Tanjung Bunga, Sarana Rekreasi yang tepat buat keluarga yang dekat…
* Limbung, Lumbung Ikan

23 Comments

Filed under Budaya

Tags: Tari Pakarena
23 Comments

*
infogue
August 19, 2008 at 6:53 am

Artikel di blog ini menarik & bagus. Untuk lebih mempopulerkan artikel (berita/video/ foto) ini, Anda bisa mempromosikan di infoGue.com yang akan berguna bagi semua pembaca di tanah air. Telah tersedia plugin / widget kirim artikel & vote yang ter-integrasi dengan instalasi mudah & singkat. Salam Blogger!
http://www.infogue.com
Reply
*
Nia Chalil
September 24, 2008 at 9:40 am

Ariel saya sudah mencari definisi tari anging mamiri tapi sampai saat ini belum mendapatkannya. kalau boleh saya minta bantuan untuk mendapatkan? terima kasih
Reply
*
iip pasoloran
November 12, 2008 at 6:18 am

assalamu alaikum.
saya bukan asli makassar, tetapi sangat suka dengan cultural historisnya.
tari pakkarena memang tidak bisa lepas dari sebuah ritual masyarakat gowa. sebuah pertunjukan yang sangat luar biasa dengan perpaduan tarian yang lemah lembut dan dangrang yang bertalu-talu. tapi saya sedikit kurang paham, apakah memang gandrang itu mencerminkan sifat lelaki makassar yang keras atau sikap lelaki yang tegas dan berpendirian?
mungkin perlu ditelaah kembali pemaknaan antara keras dan teguh pendirian, agar tidak terjadi distorsi semantical bagi siapa saja yang ingin memahami orang makassar.
terus terang saya malu ketika suku lain menganggap kita orang yang keras dan kasar.
trimakasih…….
Reply
*
ayha 011
November 24, 2008 at 11:18 am

kalau bisa artikel tari pakarenanya ditambahkan lagi tema,diciptakan kapan,jumlah penari,dan kostum yang di pakai.
ayha..
Reply
*
ayha
November 24, 2008 at 11:22 am

kalau bisa artikel tari pakkarenanya ditambahkan tema,diciptakan kapan,jumlah penari,dan kostum yang di pakai.
trimakasih.
Reply
*
airin
November 25, 2008 at 12:33 am

apakah ini bisa di pelajari dengan cara lain???????
Reply
*
SUZIANA
January 9, 2009 at 2:48 pm

HIIII. SAYA DARI MALAYSIA, SAYA AKAN KE MAKASSAR PADA BULAN JUN NANTI, MACAMANA SAYA MAHU DAPATKAN TOUR AGEN UNTUK MELAWAT TEMPAT2 WISATA DI SANA. HARAP REPLY SEGERA YA. I’M WAITING YOUR RESPOND.
Reply
*
khie
January 20, 2009 at 6:36 am

bisa minta video pakarena, gag ?
Reply
*
bunya
January 28, 2009 at 9:51 pm

salam budaya
saya bagga menjadi orang sulawesi selatan karena di
daerah kita ini, saya akui banyak sejarah sejara yang
sangat penting kita ketahui terutama sejara masalah budaya yang ada d sulawesi selatan itu sendiri.dan kalau bisa di kirim semua sejara sejara yang ada di SUL-SEL, supaya kita bisa tau semua sejarang yang ada di SUL-SEL yang tdk perna kita dapatkan d bangku sekolah.
terimah kasih
Reply
*
Nur_03
March 3, 2009 at 7:48 am

wah, sangat menarik….

semoga dengan adanya blog ini saya akan menjadi banyak mengetahui tentang tari pakarena..
Reply
*
aynan_spo1tHoLic
March 10, 2009 at 7:50 am

haLLLLLLLLLLLuuu,,,,

pleazzze deghhhh,,

next timeee

artikelnya

jangan kepanjangan gitu napa????

singkat, padat n jelaZZ

_couulyyy before_

slm kenaL-:D
Reply
*
eda dintan
September 4, 2009 at 2:55 pm

kalau bicara ttg sejarah emang agak sulit, blm lagi pelaku sejarah ntuk saat ini udah banyak yang tua..
untuk satu paradikma bahwa sejarah uda kehilangan makna yang sesungguhnya… semua udah dikomersilkan…
Reply
*
hazty zhakha zhaky
October 3, 2009 at 8:12 am

aku ska tari pakarena….karna aku slh stu pnari tari pakarena……awlx sulit belajar tari ini tpi setelah terbiasa menjadi menyenangkan…..

i love u full tari pakarena
Reply
*
angel
October 5, 2009 at 1:23 pm

he………he…….he………he…………he……………??????????????????????????????????
Reply
*
andre
October 22, 2009 at 9:11 am

saya seorang guru seni budaya di Kal-sel salah satu materinya adalah ragam tari selawesi selatan dan yang saya tahu cuma tari pakarena itun sebatas nama. Tolong kalau bisa minta informasi tari-tarian tradisional Sul-Sel selain tari Pakarena dan vidionya dong supaya lebih jelas lagi
makasih !
Reply
*
andre
October 22, 2009 at 9:16 am

gimana cara mendapatkan video tari2an tradisional Sul-sel terutama tari Pakarena
Reply
*
fauzan
November 15, 2009 at 1:04 pm

Saya dari tim program ngulik trans tv. saya tertarik untuk membuat liputan mengenai Mak jonggrang. Bisa tidak anda memberitahu saya kemana saya bisa mendapatkan informasi atau tempat mak jonggrang tinggal sekarang? karena rencananya kami dari tim berniat untuk mencari sesuatu yang unik dan dapat diulik. rencana keberangkatan rabu minggu dean (tgl 18-19). Bisa kirim informasinya ke kemi melalui email. Bantuan anda sangat kami harapkan. Thx.

Regards.,

Fauzan Arif
Creative Program
Trans TV
Reply
*
sangkala
November 30, 2009 at 12:32 pm

sampai detik ini bnyk yg mngada-ada tntang tari pakarena.
sbagaiman yg di jlskn di atas ada jg yg bnr tetapi lbh bnyak salahx……
ada seseorng yg mngetahui tntang tari pakarena,cuman beliau ibaratx permata yg terabaikan…………….
Reply
*
ady
December 27, 2009 at 6:00 am

saya seorang mahasiswa yang aktif menari tradisional di UI. tarian pakarena merupakan tarian yang sangat indah, menunjukan keanggunan para wanita Gowa yang setia menanti para suami.

Terima kasih untuk artikel yang sangat bagus ini. Sangat berguna bagi orang seperti saya yang ingin mendalami tari pakarena ini.

Bagi teman2 yang ingin lihat tari pakarena, dapat melihat karya Liga Tari Krida Budaya UI di http://www.youtube.com/watch?v=c0LFrcsSHz4

Terima kasih!
Reply
*
mail
February 20, 2010 at 11:01 am

artikel yang sangat menarik, salut pada Anda yang masih tertarik akan kebudayaan Makassar, sekedar info blog saya khusus tentang seni, budaya, sejara, dan berbagai hal mengenai Makassar, ijin yach untuk Copy paste dengan melampirkan sumbernya
Salam Karaeng
Reply
*
Indra Sadguna
March 15, 2010 at 6:18 pm

Nama saya Indra, walaupun saya bukan orang dari Sulawesi namun membaca artikel membuat saya tertarik khususnya terhadap tari Pakarena. Adapun beberapa hal yang nampaknya mengganjal dalam pikiran saya dan rasanya perlu ditanyakan. Berikut adalah beberapa pertanyaan saya :
Apakah kemunculan tari pakarena ada kaitannya dengan legenda I La Galigo ? ?
Bagaimanakah juga kaitannya dengan Tumanurung ri Tamalate ? ?
Kenapa fungsi dari Anrong Guru tidak dijelaskan ?
Bagaimanakah cara membedakan 12 bagian dalam tarian Pakarena ini ?
dan ada berapakah jenis Tari Pakarena ? ?

Mohon informasinya,
Terima Kasih . .
Reply
*
NAHDA
March 26, 2010 at 2:24 pm

GHHJMGKHGKGHK
Reply
*
Tari Pakarena | Indra Sadguna
March 30, 2010 at 5:36 am

[...] [1] Diunduh dari http://southcelebes.wordpress.com/2008/08/11/profil-tari-pakarena-makassar/#comment-368 [...]
Reply


Leave a Reply
Click here to cancel reply.

Name (required)

E-mail (required)

Website

Notify me of follow-up comments via email.

Notify me of site updates

*
About Me
Profil Facebook Ariel Silva Makasih nih udah mau singgah di Blog ku yang sederhana ini.. klo ada ide atau masukan tentang blog ini.. silahkan tinggalkan komentarnya ya...
*
Category Cloud
aneh Budaya hiburan History kuliner news pariwisata Sejarah society Tip & Trik Travelling Uncategorized
*
Recent Comments
Chaya_ on Tempat Tempat Wisata Di Kabupa…
yosev aura yusuf on Jalan-jalan Ke Jeneponto Sulaw…
yosev aura yusuf on Jalan-jalan Ke Jeneponto Sulaw…
ramli daenk on PESONA PARIWISATA KABUPATEN…
herwady ancha on Welcome to Kota Kalong So…
zoel_chiefly on TEmpat-tempat Wisata di Kabupa…
*
Visitor Information

IP
Feedjit Live Blog Stats

Locations of visitors to this page

Free chat widget @ ShoutMix

Jumlah Pengunjung Online
tracker
free counters
*
Sponsor

banner angingmammiri
*
Top Posts
o Profil Tari Pakarena Makassar
o Sekilas Sejarah tentang Benteng Rotterdam
o Resep Jalangkote
o Download Foto-foto Makassar Zaman Dulu
o Tempat Tempat Wisata di Kabupaten Pangkep
o AKKARENA TANJUNG BUNGA BUAIAN PANTAI DIBAWAH ROMANTISME SUNSET
o Tempat Tempat Wisata Di Kabupaten Bantaeng
*
Recent Posts
o lae lae, pulau wisata yang menanti uluran pemerintah daerah…
o AKKARENA TANJUNG BUNGA BUAIAN PANTAI DIBAWAH ROMANTISME SUNSET
o Akkarena Tanjung Bunga, Sarana Rekreasi yang tepat buat keluarga yang dekat dari pusat kota.
o Limbung, Lumbung Ikan
o Meneropong Indahnya Wisata Alam dan Budaya di Bumi Lakipadada, Toraja
o Makassar Terkenal dengan ikan lautnya…
o Barombong, panorama indah di dekat kota
o Resep Jalangkote
o Kerajaan Gowa
o PESONA PARIWISATA KABUPATEN GOWA
o Kesejukan Air Panas Pencong di Kabupaten Gowa
o Mie pangsit Makassar.. enak lho…
o Tempat asyik buat acara tahun baru di makassar
o Tips Pesta Tahun Baru
o Pengemis di Makassar, Pedulikah Anda ???
*
technocrati


My blog is worth $564.54.
How much is your blog worth?

Blog at WordPress.com. | Theme: Pressrow by Chris Pearson.

6 komentar: