Kamis, 10 Juni 2010

pecinta alam dari berbagai sumber



1. Sejarah Pencinta Alam.
Sebenarnya sejarah manusia tidak jauh-jauh dari alam. Sejak zaman prasejarah dimana manusia berburu dan mengumpulkan makanan, alam adalah "rumah" mereka. Gunung adalah sandaran kepala, padang rumput adalah tempat mereka membaringkan tubuh, dan gua-gua adalah tempat mereka bersembunyi. Namun sejak manusia menemukan kebudayaan, yang katanya lebih "bermartabat", alam seakan menjadi barang aneh.
Manusia mendirikan rumah untuk tempatnya bersembunyi. Manusia menciptakan kasur untuk tempatnya membaringkan tubuh, dan manusia mendirikan gedung bertingkat untuk mengangkat kepalanya. Manusia dan alam akhirnya memiliki sejarahnya sendiri-sendiri.
Namun ketika keduanya yakni alam dan manusia bersatu kembali, maka ketika itulah saatnya Sejarah Pecinta Alam dimulai.
Pada tahun 1492 sekelompok orang Perancis di bawah pimpinan Anthoine de Ville mencoba memanjat tebing Mont Aiguille (2097 mdpl), dikawasan Vercors Massif. Saat itu belum jelas apakah mereka ini tergolong pendaki gunung pertama. Namun beberapa dekade kemudian, orang-orang yang naik turun tebing-tebing batu di Pegunungan Alpen adalah para pemburu chamois, sejenis kambing gunung. Barangkali mereka itu pemburu yang mendaki gunung. Tapi inilah pendakian gunung yang tertua pernah dicatat dalam sejarah.
Di Indonesia sejarah pendakian gunung dimulai sejak tahun 1623 saat Yan Carstensz menemukan "Pegunungan sangat tinggi di beberapa tempat tertutup salju" di Papua. Nama orang Eropa ini kemudian digunakan untuk salah satu gunung di gugusan Pegunungan Jaya Wijaya yakni Puncak Cartensz. Pada tahun 1786 puncak gunung tertinggi pertama yang dicapai manusia adalah puncak Mont Blanc (4807 mdpl) di Prancis. Lalu pada tahun 1852 Puncak Everest (8840 mdpl) ditemukan. Orang Nepal menyebutnya Sagarmatha, atau Chomolungma menurut orang Tibet. Puncak Everest berhasil dicapai manusia pada tahun 1953 melalui kerjasama Sir Edmund Hillary dari Selandia Baru dan Sherpa Tenzing Norgay yang tergabung dalam suatu ekspedisi Inggris. Sejak saat itu, pendakian ke atap-atap dunia pun semakin ramai.
Di Indonesia sejarah pecinta alam dimulai dari sebuah perkumpulan yaitu "Perkumpulan Pentjinta Alam"(PPA). Berdiri 18 Oktober 1953. PPA merupakan perkumpulan hobi yang diartikan sebagai suatu kegemaran positif serta suci, terlepas dari 'sifat maniak' yang semata-mata untuk melepaskan nafsunya dalam corak negatif. Tujuan mereka adalah memperluas serta mempertinggi rasa cinta terhadap alam seisinya dalam kalangan anggotanya dan masyarakat umumnya. Sayang perkumpulan ini tak berumur panjang. Penyebabnya antara lain faktor pergolakan politik dan suasana yang belum terlalu mendukung sehingga akhirnya PPA bubar di akhir tahun 1960. Awibowo adalah pendiri satu perkumpulan pencinta alam pertama di tanah air mengusulkan istilah pencinta alam karena cinta lebih dalam maknanya daripada gemar/suka yang mengandung makna eksploitasi belaka, tapi cinta mengandung makna mengabdi.
Sejarah pencinta alam kampus diawali pada era tahun 1960-an. Pada saat itu kegiatan politik praktis mahasiswa dibatasi dengan keluarnya SK 028/3/1978 tentang pembekuan total kegiatan Dewan Mahasiswa dan Senat Mahasiswa yang melahirkan konsep Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK).
Gagasan ini mula – mula dikemukakan Soe Hok Gie pada suatu sore, 8 Nopember 1964, ketika mahasiswa FSUI sedang beristirahat setelah mengadakan kerjabakti di TMP Kalibata. Sebenarnya gagasan ini, seperti yang dikemukakan Soe Hok Gie sendiri, diilhami oleh organisasi pencinta alam yang didirikan oleh beberapa orang mahasiswa FSUI pada tanggal 19 Agustus 1964 di Puncak gunung Pangrango. Organisasi yang bernama Ikatan Pencinta Alam Mandalawangi itu keanggotaannya tidak terbatas di kalangan mahasiswa saja. Semua yang berminat dapat menjadi anggota setelah melalui seleksi yang ketat. Sayangnya organisasi ini mati pada usianya yang kedua. Pada pertemuan kedua yang diadakan di Unit III bawah gedung FSUI Rawamangun, didepan ruang perpustakaan. Hadir pada saat itu Herman O. Lantang yang pada saat itu menjabat sebagai Ketua Senat Mahasiswa FSUI.
Pada saat itu dicetuskan nama organisasi yang akan lahir itu IMPALA, singkatan dari Ikatan Mahasiswa Pencinta Alam.
Namun setelah bertukar pikiran dengan Pembantu Dekan III bidang Mahalum, yaitu Drs. Bambang Soemadio dan Drs. Moendardjito yang ternyata menaruh minat terhadap organisasi tersebut dan menyarankan agar mengubah nama IMPALA menjadi MAPALA PRAJNAPARAMITA. Nama ini diberikan oleh Bpk Moendardjito. Mapala merupakan singkatan dari Mahasiswa Pencinta Alam. Dan Prajnaparamita berarti dewi pengetahuan. Selain itu Mapala juga berarti berbuah atau berhasil. Jadi dengan menggunakan nama ini diharapkan segala sesuatu yang dilaksanakan oleh anggotanya akan selalu berhasil berkat lindungan dewi pengetahuan.
Ide pencetusan pada saat itu memang didasari dari faktor politis selain dari hobi individual pengikutnya, dimaksudkan juga untuk mewadahi para mahasiswa yang sudah muak dengan organisasi mahasiswa lain yang sangat berbau politik dan perkembangannya mempunyai iklim yang tidak sedap dalam hubungannya antar organisasi.
Dalam tulisannya di Bara Eka 13 Maret 1966, Soe Hoek Gie mengatakan bahwa : “Tujuan Mapala ini adalah mencoba untuk membangunkan kembali idealisme di kalangan mahasiswa untuk secara jujur dan benar-benar mencintai alam, tanah air, rakyat dan almamaternya. Mereka adalah sekelompok mahasiswa yang tidak percaya bahwa patriotisme dapat ditanamkan hanya melalui slogan-slogan dan jendela-jendela mobil. Mereka percaya bahwa dengan mengenal rakyat dan tanah air Indonesia secara menyeluruh, barulah seseorang dapat menjadi patriot-patriot yang baik”
Para mahasiswa itu, diawali dengan berdirinya Mapala Universitas Indonesia, membuang energi mudanya dengan merambah alam mulai dari lautan sampai ke puncak gunung. Mapala atau Mahasiswa Pecinta Alam adalah organisasi yang beranggotakan para mahasiswa yang mempunyai kesamaan minat, kepedulian dan kecintaan dengan alam sekitar dan lingkungan hidup. Sejak itulah pecinta alam pun merambah tak hanya kampus (Kini, hampir seluruh perguruan tinggi di Indonesia memiliki mapala baik di tingkat universitas maupun fakultas hingga jurusan), melainkan ke sekolah-sekolah, ke bilik-bilik rumah ibadah, sudut-sudut perkantoran, lorong-lorong atau kampung-kampung. Seakan-akan semua yang pernah menjejakkan kaki di puncak gunung sudah merasa sebagai pecinta alam.
Sejak saat itu mulailah bermunculan organisasi-organisasi pencinta alam lain di Indonesia, baik itu di wilayah kampus bahkan tingkat sekolah menengah sekalipun. Dan untuk mengakomodir semua itu dibentuklah sebuah gladian yang menjadi tempat bagi para pencinta alam untuk bertemu sekedar bersilaturahmi atau mungkin untuk saling bertukar ide dan fikiran tentang kelanjutan Pencinta Alam Indonesia kedepannya. Gladian pertama kali dicetuskan oleh kelompok Pencinta Alam WANADRI tahun 1970. Setelah itu Gladian kedua diadakan di Malang tahun 1971, Gladian ketiga diadakan di bulan desembar tahun 1972, dan Gladian keempat diadakan di Barombong. Pada Gladian keempat tercatat sebuah sejarah besar bagi dunia Pencinta Alam Indonesia yaitu dicetuskannya Kode Etik Pencinta Alam.

1. MANAJEMEN ORGANISASI
a. Pengertian Organisasi
Organisasi berasal dari kata organon dalam bahasa Yunani yang berarti alat. Pengertian organisasi pada dasarnya tidak ada perbedaan yang prinsip, sehingga dapat disimpulkan bahwa organisasi merupakan sarana untuk melakukan kerjasama antara orang-orang dalam rangka mencapai tujuan bersama, dengan mendayagunakan sumber daya yang dimiliki. Dan pada prinsipnya setiap organisasi harus memiliki tiga unsur dasar, yaitu :
a. Orang-orang (sekumpulan orang).
b. Kerjasama.
c. Tujuan yang ingin dicapai.
b. Pengertian Manajemen
Manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan pekerjaan anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya organisasi untuk mencapai sasaran organisasi yang sudah ditetapkan. Secara khusus manajemen organisasi mempunyai dua tugas utama yaitu efektivitas dan efisiensi, yakni :

- Dimana efektif merupakan pencapaian tujuan atau target.
- Sedangkan efisien adalah cara dalam mencapai tujuan atau taget tersebut dengan memperkecil pengeluaran atau pemborosan
Maka pemahaman mengenai Manajemen Organisasi adalah upaya meningkatkan efektivitas keorganisasian dengan mengintegrasikan keinginan individu terhadap perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumberdaya-sumberdaya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
2. MOUNTAINEERING.
a. Persiapan Perjalanan Alam Terbuka (PPAT).
Sebelum melakukan kegiatan dialam terbuka ,telah menjadi kewajiban bagi tiap – tiap orang maupun kelompok yang akan melakukan kegiatan alam terbuka untuk mengadakan persiapan dan perencanaan, hal ini dilakukan karena nantinya berguna untuk mendukung pelaksanaan kegiatan dialam terbuka. Pada kegiatan alam terbuka memiliki beberapa unsur yang penting, terutama dalam hal persiapan dan perencanaan sebagai titik acuan untuk berhasilnya kegiatan dialam terbuka.
Dan terdapat empat kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh tiap – tiap orang maupun kelompok pada kegiatan alam terbuka, yakni :
1. Kemampuan Teknis. Dalam hal ini pelaksana kegiatan mempunyai kemampuan yang berkaitan dengan teknik – teknik yang bakal diterapkan dilokasi kegiatan, seperti teknik pendakian, teknik penyusunan perlengkapan dan perbekalan secara efisien dan efektif sehingga keseimbangan tubuh pelaksana kegiatan dialam terbuka tetap terjaga.
2. Kemampuan Fisik. Kemampuan ini berkaitan dengan kekuatan dan stamina fisik pelaksana kegiatan yang sangat menentukan keberhasilan kegiatan dialam terbuka. Dan sangat dianjurkan ketahanan tubuh harus tetap dalam kondisi yang full power.
3. Kemampuan Kemanusiaan. Pada kemampuan ini berhubungan dengan karakter manusia yang selalu berada pada hal positif sehingga dapat menghindari kejadian – kejadian yang tidak diinginkan terjadi.
4. Kemampuan Dalam Pemahaman Lingkungan. Pada bagian ini bagi tiap orang maupun kelompok ditekankan untuk meningkatkan kewaspadaan dan proses adaptasi terhadap lingkungan dimana kegiatan berlangsung, gunanya untuk menghindari adanya bahanya yang tidak diinginkan selama kegiatan berlangsung.
Adapun bahaya yang kerap kali terjadi dilapangan mempunyai dua faktor, yakni :
1. Faktor Internal.
Yaitu faktor yang datang dari si pendaki sendiri. Jika faktor ini tidak dipersiapkan dengan baik akan mendatangkan bahaya subyek yaitu karena persiapan yang kurang baik, baik dalan persiapan fisik, perlengkapan, pengetahuan, ketrampilan dan mental.
2. Faktor Eksternal.
Yaitu faktor yang datang dari luar si pendaki bahaya yang ditimbulkan oleh pengaruh alam. Bahaya ini datang dari obyek pendakiannya , sehingga secara teknik disebut bahaya obyek. Bahaya ini dapat berupa badai, hujan, udara dingin, longsoran hutan lebat dan lain-lain.
Untuk itu hal-hal yang perlu perhatikan dalam pelaksanaan kegiatan dialam terbuka nantinya berupa :
- Tujuan perjalanan
- Informasi daerah yang akan dituju
- Jenjang waktu ketempat yang akan dituju.
- Mengetahui kapasitas kekuatan dari tiap – tiap orang yang akan ikut dalam kegiatan.

b. Penyusunan Perlengkapan Pendakian atau Packing.
Packing atau tata cara penyusunan barang – barang yang akan dibawa dalam pendakian merupakan hal mutlak yang harus diketahui dan dimiliki oleh tiap – tiap pendaki, hal ini penting untuk diperhatikan karena menyangkut dengan beban yang dibawa oleh pedaki. Packing yang tidak sesuai dengan prosedur dapat berakibat menimbulkan kesulitan disaat membawa beban dalam perjalanan. Untuk itu prosedur packing yang baik yaitu :
- Letakan barang-barang yang mempunyai ukuran paling ringan tepat berada pada dasar carrier, disusul dengan barang yang ukurannya sedikit berat berada pada bagian tengah carrier, dan barang yang ukurannya paling berat berada pada posisi paling atas.
- Letakkan barang-barang yang sewaktu-waktu digunakan pada bagian kantong baik yang berada diatas maupun kantong samping pada carrier, sehingga memudahkan pengambilan barang ketika diperlukan.
- Letakkan barang-barang sesuai dengan waktu kebutuhannya atau penggunaannya
- Jangan lupa untuk mengemas barang-barang kedalam kantong polybag, terutama barang elektronik, pakaian tidur dan yang lainnya agar tidak basah.
- Buatlah checklist perlengkapan agar tidak ada barang yang terabaikan.

c. Pengertian Mountaineering
Mountaineering adalah teknik mendaki gunung. Yang mana pengertian mountaineering terdiri dari 3 tahap kegiatan yakni :
- Hill walking atau yang lebih dikenal sebagai hiking, adalah sebuah kegiatan mendaki daerah perbukitan atau menjelajah kawasan bukit yang biasanya tidak terlalu tinggi dengan derajat kemiringan rata-rata di bawah 45 derajat. Dalam hiking tidak dibutuhkan alat bantu khusus, hanya mengandalkan kedua kaki sebagai media utamanya serta tangan digunakan sesekali untuk memegang tongkat jelajah sebagai alat bantu. Jadi hiking ini lebih simpel dan mudah untuk dilakukan.
- Scrambling merupakan kegiatan mendaki gunung ke wilayah-wilayah dataran tinggi pegunungan (yang lebih tinggi dari bukit) yang kemiringannya lebih ekstrim (kira-kira di atas 45 derajat). Kalau dalam hiking kaki sebagai ‘alat’ utama maka untuk scrambling selain kaki, tangan sangat dibutuhkan sebagai penyeimbang atau membantu gerakan mendaki. Karena derajat kemiringan dataran yang lumayan ekstrim, keseimbangan pendaki perlu dijaga dengan gerakan tangan yang mencari pegangan. Dalam scrambling, tali sebagai alat bantu mulai dibutuhkan untuk menjamin pergerakan naik dan keseimbangan tubuh pendaki.
- Climbing adalah pemanjatan yang dilakukan di tempat yang curam atau tebing. Tebing atau jurang adalah formasi bebatuan yang menjulang secara vertikal. Tebing terbentuk akibat dari erosi. Tebing umumnya ditemukan di daerah pantai, pegunungan dan sepanjang sungai. Tebing umumnya dibentuk oleh bebatuan yang yang tahan terhadap proses erosi dan cuaca. Climbing mutlak memerlukan alat bantu khusus seperti karabiner, tali panjat, harness, figure of eight, sling, dan sederetan peralatan mountaineering lainnya. Kebutuhan alat bantu itu memang sesuai dengan medan jelajah climbing yang sangat ekstrim. Dan Climbing dibagi menjadi 2 macam :
a. Rock climbing yakni pendakian yang berkisar pada pemanjatan tebing batu yang cukup terjal.
b. Ice Climbing yakni pemanjatan pada dinding yang permukaannya tertutup salju dan es. Dalam hal ini sangat dibutuhkan peralatan khusus,
Mountaineering merupakan gabungan perjalanan dari semua perjalanan di atas. Bisa berhari-hari, berminggu- minggu, bahkan berbulan-bulan. Disamping penguasaan tekhnik mendaki, hal lain yang perlu diperlukan untuk dikuasai adalah menajemen ekspedisi, pengaturan makanan, komunikasi, strategi pendakian dan lainnya contoh : Ekspedisi ke puncak jaya wijaya.
d. Prosedur Pendakian.
1. Persiapan, yang dimaksud dengan persiapan yakni penentuan jadwal pendakian, persiapan perlengkapan/transportasi dan segala macam urusan lainnya yang berkaitan dengan pendakian serta yang utama adalah Persiapan fisik dan mental anggota pendaki, yang biasanya dilakukan dengan berolahraga secara rutin untuk mengoptimalkan kondisi fisik serta memaksimalkan ketahanan nafas.
2. Pelaksanaan, yang dimaksud adalah dimulainya pendakian pada medan gunung yang ditentukan, dan pada pelaksanaan pendakian biasanya dipimpin oleh orang yang telah mengenal gunung yang akan didaki, dikarenakan pengetahuan yang sudah menguasai jalur pendakian, dan untuk memudahkan koordinasi biasanya kelompok pendakian dibagi menjadi 3 kelompok yaitu :
- Kelompok pelopor (pioneer/leader).
- Kelompok inti (kernel).
- Kelompok penyapu (sweeper).
Kelompok pelopor mempunyai tugas sebagai penunjuk jalan, dan penanda jalur yang biasanya selalu berjalan lebih awal untuk menuju ketempat berkemah (camp) dan kelompok inti (kernel) biasanya kelompok peserta yang baru pertama kali melakukan pendakian yang didampingi oleh 1 atau 2 orang yang berpengalaman dalam melakukan pendakian, dan selalu berjalan mengikuti pananda jalur yang telah dipasang lebih dulu oleh kelompok pelopor. Sedangkan kelompok penyapu (sweeper) merupakan kelompok yang paling terakhir melakukan perjalanan setelah kelompok inti, fungsi dari kelompok penyapu ini biasanya mengawasi dengan teliti jika terdapat sesuatu yang tertinggal, baik pada saat dilakukannya perjalanan dan ketika meninggalkan camp, atau dengan kata kasar sebagai pemungut benda anggota pendakian yang terjatuh maupun tertinggal tanpa sepengetahuan yang bersangkutan.
3. Evaluasi, hal ini dilakukan biasanyan dilakukan setelah sampai ditempat berkemah, fungsinya untuk perbaikan dan kebaikan terhadap kekurangan dan kelemahan yang terdapat pada tiap – tiap anggota kelompok pendakian.

e. Pengetahuan Dasar Bagi Mountaineer.
1. Orientasi Medan.
Bagi Seorang Mountaineer, sebelum melakukan suatu pendakian harus mengetahui medan yang akan dilalui. Salah satunya ialah dengan cara pengenalan medan atau seringkali disebut Orientasi Medan, yaitu dengan cara antara lain :
- Menentukan arah perjalanan dan posisi pada peta.
Dengan cara mengidentifikasikan dua tanda medan pada gambar di peta. Dengan menggunakan perhitungan teknik azimuth, kemudian menarik garis pada kedua titik diidentifikasi tersebut di dalam peta. Garis perpotongan satu titik yaitu posisi kita pada peta.
- Menggunakan kompas.
Untuk membaca peta sangat dibutuhkan banyak bermacam kompas yang dapat dipakai dalam satu perjalanan atau pendakian, yaitu tipe silva, prisma dan lensa.
- Peka dalam perjalanan.
Dengan mempelajari peta dan membayangkan kira-kira medan yang akan dilalui atau dijelajahi serta dengan mengetahui dan mengenali secara teliti tempat pertama yang menjadi awal perjalanan kemudian memperhatikan dan menghafal tanda alam sepanjang perjalanan. Kepekaan terhadap lingkungan alam yang dilalui lebih menentukan dari pada kita mengandalkan alat-alat seperti kompas tersebut. Hanya sering dengan berlatih dan melakukan perjalanan kepekaan itu bisa diperoleh.
2. Membaca Keadaan Alam.
- Keadaan udara.
Sinar merah pada waktu Matahari akan terbenam dan sinar merah pada langit yang tidak berawan mengakibatkan esok harinya cuaca baik sedangkan sinar merah pada waktu Matahari terbit sering mengakibatkan hari tetap bercuaca buruk.
Perbedaan yang besar antara temperatur siang hari dan malam hari. Apabila tidak ada angin gunung atau angin lembab atau pagi-pagi berhembus angin panas, maka diramalkan adanya udara yang buruk. Hal ini berlaku sebaliknya.
Awan putih berbentuk seperti bulu kambing. Apabila awan ini hilang atau hanya lewat saja berarti cuaca baik. Sebaliknya apabila awan ini berkelompok seperti selimut putih maka datanglah cuaca buruk.
- Membaca sandi-sandi yang ada di alam.
Yang sering ditemukan menggunakan bahan-bahan dari alam, seperti :
a. Sandi dari batu yang dijejer atau ditumpuk.
b. Sandi dari batang/ranting yang dipatahkan/dibengkokkan.
c. Sandi dari rumput/semak yang diikat
Tujuan dari penggunaan sandi-sandi ini jika kita kehilangan arah dan perlu kembali ke tempat semula atau pulang.

3. Tingkatan Pendakian gunung
Yang dimaksudkan adalah dengan meningkatkan rutinitas pendakian kegunung akan mempermudah dan menguasai jalur yang akan ditempuh, juga dapat berpengaruh pada karakter dan temperamen pendaki.
Misalnya dengan melakukan pendakian rutin dan terjadwal dengan persiapan dan manajemen yang baik.
4. Perlengkapan Dasar Mountaineer
- Carier.
Ringan yang Kuat dan Sesuaikan ukuran dengan kebutuhan dan keadaan medan serta nyaman dipakai dan praktis
- Sepatu.
Melindungi tapak kaki sampai mata kaki, kulit tebal tidak mudah sobek bila kena duri, lunak dan nyaman bagian dalamnya, keras bagian depannya, untuk melindungi ujung jari kaki apabila terbentur batu, bentuk sol bawahnya dapat menggigit ke segala arah dan cukup kaku, terdapat lubang ventilasi.
- Kaos kaki.
Gunakan kaos kaki yang mudah menyerap keringat untuk menghindari lecet pada kaki menjaga agar telapak kaki tetap dapat terventilasi.
- Celana Lapangan.
Gunakan celana lapangan yang Kuat, lembut, ringan, praktis tidak mengganggu pergerakan kaki terbuat dari bahan yang menyerap keringat praktis dan mudah kering.
- Baju lapangan.
Berlengan panjang, melindungi tubuh dari sengatan matahari, gesekan dari dahan dan duri. Melindungi tubuh dari kondisi sekitar. Kuat, ringan, tidak mengganggu pergerakan .Terbuat dari bahan yang menyerap keringat. Praktis, mudah kering.
- Topi lapangan / Topi Rimba.
Untuk melindungi kepala dari kemungkinan cedera. Melindungi kepala dari curahan panas matahari dan hujan, terutama kepala bagian belakang yang tidak kuat dan tidak mudah robek.
- Sarung tangan.
Sebaiknya terbuat dari bahan yang tidak kaku dan tidak menghalangi pergerakan. Kegunaannya adalah melindungi tangan dari duri atau daun berbahaya, binatang kecil pembuat gatal saat menyibak semak, juga saat memegang parang agar tidak lecet, memegang nesting panas.
- Ikat pinggang
Terbuat dari bahan yang kuat, dengan kepala yang tidak terlalu besar tapi teguh. Kegunaan ikat pinggang selain menjaga agar celana tidak melorot juga untuk meletakan alat-alat yang perlu cepat dijangkau, seperti pisau pinggang, tempat air minum, dll.
- Lampu senter.
Pilih yang water proof dan dilapisi karet dan selalu membawa bola lampu dan baterai cadangan.


- Pisau/golok tebas.
Pisau saku serba guna yang mempunyai beberapa fungsi ataupun pisau tebas / golok.
- Perlengkapan tidur.
Satu set pakaian tidur, kaos kaki untuk tidur, Sleeping bag, Matras, Tenda/ ponco/plastik untuk membuat biovak, Jaket, obat nyamuk atau lotion anti nyamuk.
- Perlengkapan masak dan makan.
Alat masak lapangan (nesting, trangia, dll.)
Alat bantu makan (Sendok, piring, dll).
Alat pembuat api (paraffin, spiritus, dll).

3. NAVIGASI
Navigasi adalah ilmu pengetahuan yang berguna untuk mengetahui keadaan medan yang akan dihadapi, dan menentukan posisi kita di alam bebas serta menentukan arah serta tujuan perjalanan di alam bebas.
Ilmu Pengetahuan Navigasi sendiri meliputi :
1. Pembacaan peta.
2. Penggunaan kompas.
3. Penggunaan tanda tanda alam yang bisa membantu kita dalam menentukan arah.
Dalam Navigasi sendiri perlengkapan yang dibutuhkan antara lain seperti :
1. Peta topografi.
2. Penggaris.
3. Kompas.
4. Konektor.
5. Busur derajat.
6. Altimeter.
7. Pensil.
Peta Topografi
Peta adalah gambaran dari permukaan bumi yang diperkecil dengan skala tertentu sesuai dengan kebutuhan. Peta yang digunakan untuk kegiatan alam bebas adalah Peta Topografi.
Peta topografi adalah suatu gambaran di atas bidang datar tentang seluruh atau sebagian permukaan bumi yang terlihat dari atas dan diperkecil dengan perbandingan ukuran tertentu. Peta topografi menggambarkan secara proyeksi dari sebagian fisik bumi, sehingga dengan peta ini dapat memperkirakan bentuk permukaan bumi. Bentuk relief bumi pada peta topografi digambarkan dalam bentuk garis garis kontur.
Dalam menggunakan peta topografi harus diperhatikan kelengkapan petanya, yaitu:
1. Judul Peta. Adalah identitas yang tergambar pada peta, ditulis nama daerah atau identitas lain yang menonjol.
2. Keterangan Pembuatan. Merupakan informasi mengenai pembuatan dan instansi pembuat. Dicantumkan di bagian kiri bawah dari peta.
3. Nomor Peta (Indeks Peta). Adalah angka yang menunjukkan nomor peta. Dicantumkan di bagian kanan atas.
4. Pembagian Lembar Peta. Adalah penjelasan nomor nomor peta lain yang tergambar di sekitar peta yang digunakan, bertujuan untuk memudahkan penggolongan peta bila memerlukan interpretasi suatu daerah yang lebih luas.
5. Sistem Koordinat. Adalah perpotongan antara dua garis sumbu koordinat. Macam koordinat adalah:
a. Koordinat Geografis. Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (BB dan BT), yang berpotongan dengan garis lintang (LU dan LS) atau koordinat yang penyebutannya menggunakan garis lintang dan bujur. Koordinatnya menggunakan derajat, menit dan detik.
b. Koordinat Grid. Perpotongan antara sumbu absis (x) dengan ordinal (y) pada koordinat grid. Kedudukan suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak (meter), sebelah selatan ke utara dan barat ke timur dari titik acuan.
c. Koordinat Lokal. Untuk memudahkan membaca koordinat pada peta yang tidak ada gridnya, dapat dibuat garis garis faring seperti grid pada peta.
6. Skala Peta. Adalah perbandingan jarak di peta dengan jarak horizontal sebenarnya di medan atau lapangan. Rumus jarak datar dipeta dapat di tuliskan :
JARAK DI PETA x SKALA = JARAK DI MEDAN
Penulisan skala peta biasanya ditulis dengan angka non garis (grafis).
Misalnya Skala 1:25.000, berarti 1 cm di peta sama dengan 25 m di medan yang sebenarnya.
7. Orientasi Arah Utara. Pada peta topografi terdapat tiga arah utara yang harus diperhatikan sebelum menggunakan peta dan kompas, karena tiga arah utara tersebut tidak berada pada satu garis. Tiga arah utara tersebut yaitu :
a. Utara Sebenarnya (True North/US/TN) diberi simbol * (bintang), yaitu utara yang melalui Kutub Utara di Selatan Bumi.
b. Utara Peta (Grid North/UP/GN) diberi simbol GN, yaitu Utara yang sejajar dengan garis jala vertikal atau sumbu Y. Hanya ada di peta.
c. Utara Magnetis (Magnetic North/UM) diberi simbol T (anak panah separuh), yaitu Utara yang ditunjukkan oleh jarum kompas. Utara magnetis selalu mengalami perubahan tiap tahunnya (ke Barat atau ke Timur) dikarenakan oleh pengaruh rotasi bumi. Hanya ada di medan.
Karena ketiga arah utara tersebut tidak berada pada satu garis, maka akan terjadi penyimpangan penyimpangan sudut, antara lain:
1. Penyimpangan sudut antara US UP baik ke Barat maupun ke Timur, disebut Ikhtilaf Peta (IP) atau Konvergensi Merimion. Yang menjadi patokan adalah Utara Sebenarnya (US).
2. Penyimpangan sudut antara US UM baik ke Barat maupun ke Timur, disebut Ikhtilaf Magnetis (IM) atau Deklinasi. Yang menjadi patokan adalah Utara sebenarnya (IS).
3. Penyimpangan sudut antara UP UM baik ke Barat maupun ke Timur, disebut Ikhtilaf Utara Peta Utara Magnetis atau Deviasi. Yang menjadi patokan adalah Utara Pela f71′).
8. Garis Kontur atau Garis Ketinggian. Garis kontur adalah gambaran bentuk permukaan bumi pada peta topografi.
Sifat sifat garis kontur, yaitu :
a. Garis kontur merupakan kurva tertutup sejajar yang tidak akan memotong satu sama lain dan tidak akan bercabang.
b. Garis kontur yang di dalam selalu lebih tinggi dari yang di luar.
c. Interval kontur selalu merupakan kelipatan yang sama
d. Indeks kontur dinyatakan dengan garis tebal.
e. Semakin rapat jarak antara garis kontur, berarti semakin terjal Jika garis kontur bergerigi (seperti sisir) maka kemiringannya hampir atau sama dengan 90°.
f. Pelana (sadel) terletak antara dua garis kontur yang sama tingginya tetapi terpisah satu sama lain. Pelana yang terdapat diantara dua gunung besar dinamakan PASS.
9. Titik Triangulasi. Selain dari garis garis kontur dapat pula diketahui tinggi suatu tempat dengan pertolongan titik ketinggian, yang dinamakan titik triangulasi. Titik Triangulasi adalah suatu titik atau benda yang merupakan pilar atau tonggak yang menyatakan tinggi mutlak suatu tempat dari permukaan laut.
10. Legenda Peta. Adalah informasi tambahan untuk memudahkan interpretasi peta, berupa unsur yang dibuat oleh manusia maupun oleh alam. Legenda peta yang penting untuk dipahami antara lain:
a. Titik ketinggian.
b. Jalan setapak.
c. Garis batas wilayah.
d. Jalan raya.
e. Pemukiman.
f. Air.
g. Kuburan.
h. Dan Lain Lain.


Cara Membaca Garis Kontur
1. Punggungan Gunung. Punggungan gunung merupakan rangkaian garis kontur berbentuk huruf U, dimana Ujung dari huruf U menunjukkan ternpat atau daerah yang lebih pendek dari kontur di atasnya.
2. Lembah atau Sungai. Lembah atau sungai merupakan rangkaian garis kontur yang berbentuk n (huruf V terbalik) dengan Ujung yang tajam.
3. Daerah landai datar dan terjal curam. Daerah datar/landai garis kontumya jarang-jarang, sedangkan daerah terjal/curam garis konturnya rapat.
Cara Menghitung Harga Interval Kontur
Pada peta skala 1 : 50.000 dicantumkan interval konturnya 25 meter. Untuk mencari interval kontur berlaku rumus 1/2000 x skala peta. Tapi rumus ini tidak berlaku untuk semua peta, pada peta GUNUNG MERAPI/1408 244/JICA TOKYO 1977/1:25.000, tertera dalam legenda peta interval konturnya 10 meter sehingga berlaku rumus 1/2500 x skala peta. Jadi untuk penentuan interval kontur belum ada rumus yang baku, namun dapat dicari dengan:
1. Cari dua titik ketinggian yang berbeda atau berdekatan. Misalnya titik A dan titik B.
2. Hitung selisih ketinggiannya (antara A dan B).
3. Hitung jumlah kontur antara A dan B.
4. Bagilah selisih ketinggian antara A B dengan jumlah kontur antara A B, hasilnya adalah Interval Kontur.
Menentukan Utara Peta
Setiap kali menghadapi peta topografi, pertama tama carilah arah utara peta tersebut. Selanjutnya lihat Judul Peta (judul peta selalu berada pada bagian utara, bagian atas dari peta). Atau lihat tulisan nama gunung atau desa di kolom peta, utara peta adalah bagian atas dari tulisan tersebut.
Mengenal Tanda Medan
Selain tanda pengenal yang terdapat pada legenda peta, untuk keperluan orientasi harus juga digunakan bentuk bentuk bentang alam yang mencolok di lapangan dan mudah dikenal di peta, disebut Tanda Medan. Beberapa tanda medan yang dapat dibaca pada peta sebelum berangkat ke lapangan, yaitu:
1. Lembah antara dua puncak.
2. Lembah yang curam.
3. Persimpangan jalan atau Ujung desa.
4. Perpotongan sungai dengan jalan setapak.
5. Percabangan dan kelokan sungai, air terjun, dan lain lain.
Untuk daerah yang datar dapat digunakan :
1. Persimpangan jalan.
2. Percabangan sungai, jembatan, dan lain lain.
Menggunakan Peta
Pada perencanaan perjalanan dengan menggunakan peta topografi, sudah tentu titik awal dan titik akhir akan diplot di peta. Untuk itu sebelum berjalan catatlah :
1. Koordinat titik awal (A).
2. Koordinat titik tujuan (B).
3. Sudut peta antara A–B.
4. Tanda medan apa saja yang akan dijumpai sepanjang lintasan A B.
5. Berapa panjang lintasan antara A B dan berapa kira kira waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan lintasan A B.
Yang perlu diperhatikan dalam melakukan suatu operasi adalah :
- Harus tahu titik awal keberangkatan , baik di medan maupun di peta.
- Gunakan tanda medan yang jelas baik di medan dan di peta.
- Gunakan kompas untuk melihat arah perjalanan , apakah sudah sesuai dengan tanda medan yang digunakan sebagai patokan, atau belum.
- Perkirakan berapa jarak lintasan. Misal medan datar 5 km ditempuh selama 60 menit dan medan mendaki ditempuh selama 10 menit.
- Lakukan orientasi dan resection, bila keadaannya memungkinkan.
- Perhatikan dan selalu waspada terhadap adanya perubahan kondisi medan dan perubahan arah perjalanan. Misalnya dari punggungan curam menjadi punggungan landai, berpindah punggungan, menyeberangi sungai, ujung lembah dan lain lainnya.
- Panjang lintasan sebenarnya dapat dibuat dengan cara, pada peta dibuat lintasan dengan jalan membuat garis (skala vertikal dan horizontal) yang disesuaikan dengan skala peta. Gambar garis lintasan tersebut (pada peta) memperlihatkan kemiringan lintasan juga penampang dan bentuk peta. Panjang lintasan diukur dengan mengalikannya dengan skala peta, maka akan didapatkan panjang lintasan sebenarnya.
Cara Memahami Plotting Di Peta
Plotting adalah menggambar atau membuat titik, membuat garis dan tanda-tanda tertentu di peta. Plotting berguna bagi kita dalam membaca peta. Misalnya Tim Ramma’ berada pada koordinat titik A (3986 : 6360) + 1400 mdpl. SMC memerintahkan Tim Loe’ agar menuju koordinat titik T (4020 : 6268) + 1301 mdpl. Maka langkah langkah yang harus dilakukan adalah :
a. Plotting koordinat T di peta dengan menggunakan konektor. Pembacaan dimulai dari sumbu X dulu, kemudian sumbu Y, didapat (X:Y).
b. Plotting sudut peta dari A ke T, dengan cara tarik garis dari A ke T, kemudian dengan busur derajat/kompas orientasi ukur besar sudut A T dari titik A ke arah garis AT. Pembacaan sudut menggunakan Sistem Azimuth (0″ 360°) searah putaran jarum Jam. Sudut ini berguna untuk mengorientasi arah dari A ke T.
c. Interpretasi peta untuk menentukan lintasan yang efisien dari A menuju T. Interpretasi ini dapat berupa garis lurus ataupun berkelok kelok mengikuti jalan setapak, sungai ataupun punggungan. Harus dipahami betul bentuk garis garis kontur.
Plotting lintasan dan memperkirakan waktu tempuhnya. Faktor faktor yang mempengaruhi waktu tempuh :
- Kemiringan lereng + Panjang lintasan.
- Keadaan dan kondisi medan (misal hutan lebat, semak berduri atau gurun pasir).
- Keadaan cuaca rata rata.
- Waktu pelaksanaan (yaitu pagi, siang atau malam).
- Kondisi fisik dan mental serta perlengkapan yang dibawa.




Membaca Koordinat
Cara menyatakan koordinat ada dua cara, yaitu:
1. Cara Koordinat Peta
Menentukan koordinat ini dilakukan diatas peta dan bukan dilapangan. Penunjukkan koordinat ini menggunakan
a. Sistem Enam Angka Misal, koordinat titik A (374;622), titik B (377;461).
b. Cara Delapan Angka Misal, koordinat titik A (3740;6225), titik B (3376;4614).
2. Cara Koordinat Geografis
Untuk Indonesia sebagai patokan perhitungan adalah Jakarta yang dianggap 0 atau 106° 4$’ 27,79″. Sehingga di wilayah Indonesia awal perhitungan adalah kota Jakarta. Bila di sebelah barat kota Jakarta akan berlaku pengurangan dan sebaliknya. Sebagai patokan letak lintang adalah garis ekuator (sebagai 0). Untuk koordinat geografis yang perlu diperhatikan adalah petunjuk letak peta.
Mengetahui Sudut Peta
Sudut peta dihitung dari utara peta ke arah garis sasaran searah jarum jam. Sistem pembacaan sudut dipakai Sistem Azimuth (0° 360°). Sistem Azimuth adalah sistem yang menggunakan sudut sudut mendatar yang besarnya dihitung atau diukur sesuai dengan arah jalannya jarum jam dari suatu garis yang tetap (arah utara). Bertujuan untuk menentukan arah arah di medan atau di peta serta untuk melakukan pengecekan arah perjalanan, karena garis yang membentuk sudut kompas tersebut adalah arah lintasan yang menghubungkan titik awal dan akhir perjalanan. Sistem penghitungan sudut dibagi menjadi dua, berdasarkan sudut kompasnya.

- Azimuth : Sudut antara satu titik dengan arah utara dari seorang pengamat ( dalam hal ini pengguna kompas). Jika kita membidik sebuah obyek atau benda di lapangan dan memperoleh sudut yang terbentuk antara obyek dan arah utara, maka sudut itulah yang disebut azimuth.
- Back Azimuth : Merupakan kebalikan dari azimuth, adalah sudut yang terbentuk berbalik dari azimuth titik sasaran. Back azimuth dapat berfungsi untuk mengoreksi besarnya sudut yang diperoleh pada pengukuran azimuth. Contohnya Bila sudut kompas > 180° maka sudut kompas dikurangi 180°. Bila sudut kompas < 180° maka sudut kompas ditambah 180°.
- Resection : Suatu cara untuk mengetahui posisi keberadaan kita didalam peta dengan menggunakan 2 tanda alam atau lebih yang jelas didalam peta dan aslinya. Caranya kita bidik target pertama dan target kedua lalu ukur azimuthnya kemudian kita tandai didalam peta lalu kita tarik garis keduanya. Hasil dari perpotongan kedua garis tersebut merupakan lokasi keberadaan kita didalam peta.
- Intersection : Suatu cara untuk mengetahui posisi keberadaan suatu tanda alam didalam peta.
Teknik Membaca Peta
Prinsipnya ialah Menentukan posisi dari arah perjalanan dengan membaca peta dan menggunakan teknik orientasi dan resection, bila keadaan memungkinkan titik awalnya Harus tahu titik keberangkatan, baik itu di peta maupun di lapangan. Plot titik tersebut di peta dan catat koordinatnya.
- Tanda Medan : Gunakan tanda medan yang jelas (punggungan yang menerus, aliran sungai, tebing, dll) sebagai guide line atau pedoman arah perjalanan. Kenali tanda medan tersebut dengan menginterpretasikan peta.
- Arah Kompas : Gunakan kompas untuk melihat arah perjalanan kita. Apakah sesuai dengan arah punggungan atau sungai yang kita susuri.
- Taksir Jarak : Dalam berjalan, usahakan selalu menaksir jarak dan selalu memperhatikan arah perjalanan. Kita dapat melihat kearah belakang dan melihat jumlah waktu yang kita pergunakan. Jarak dihitung dengan skala peta sehingga kita memperoleh perkiraan jarak di peta. Perlu diingat, bahwa taksiran kita itu tidak pasti.
+10′ X 10′ untuk peta 1 : 50.000
+ 20′ X 20′ untuk peta 1 : 100.000
Untuk peta ukuran 20′ X 20′ disebut juga LBD, sehingga pada 20′ pada garis sepanjang khatulistiwa (40.068 km) merupakan paralel terpanjang.
40.068 km: (360° : 20′) = 40.068 km: (360° : 1/3) = 40.068 km: (360° X 3) 40.068 km : 1080 = 37,1 km
Jadi 20′ pada garis sepanjang khatulistiwa adalah 37,1 km. Jarak 37,1 km kalau digambarkan dalam peta skala 1 : 50.000 akan mempunyai jarak : 37,1 km = 3.710.000 cm. Sehingga dipeta : 3.710.000: 50.000 = 74,2 cm.
Akibatnya I LBD peta 20′ x 20′ skala 1 : 50.000 di sepanjang khatulistiwa berukuran 74,2 X 74,2 cm. Hal ini tidak praktis dalam pemakaiannya.
- Lembar Peta. Dikarenakan LBD tidak praktis pemakaiannya, karena terlalu lebar. Maka tiap LBD dibagi menjadi 4 bagian dengan ukuran masing masing 10′ X 10′ atau 37,1 X 37,1 cm. Tiap tiap bagian itu disebut Lembar Peta atau Sheet, dan diberi huruf A, B, C, D. Jika skala peta tersebut 1 : 50.000, maka peta itu mempunyai ukuran 50.000 X 37,1 = 1.855.000 cm = 18,55 km.
Penomoran Lembar Peta
a. Meridian (garis bujur) yang melalui Jakarta adalah 106° 48′ 27,79″ BT, dipakai sebagai meridian pokok untuk penomoran peta topografi di Indonesia. Jakarta sebagai garis bujur 0.
b. Panjang dari Barat ke Timur = 46° 20′, tetapi daerah yang dipetakan adalah mulai dari 12″ sebelah barat meridian Jakarta. Daerah yang tidak dipetakan adalah : 106° 48′ 27,79″ BT (12° + 46° 20′ BT) = 8′ 27,79″, daerah ini merupakan laut sehingga tidak penting untuk pemetaan darat. Tetapi penomorannya tetap dibuat.

4. SURVIVAL
Survival berasal dari kata survive yang berarti mampu mempertahankan diri dari keadaan–keadaan yang buruk dan kritis. Orang yang sedang mempertahankan diri dari keadaan yang buruk disebut Survivor.
Survival sendiri timbul karena adanya usaha manusia untuk keluar dari kesulitan yang dihadapi. Kesulitan-kesulitan tersebut antara lain :
• Keadaan alam (cuaca dan medan).
• Keadaan mahluk hidup disekitar kita (binatang dan tumbuhan).
• Keadaan diri sendiri (mental, fisik, dan kesehatan).
Banyaknya kesulitan-kesulitan tersebut biasanya timbul akibat kesalahan-kesalahan sendiri.
Definisi Survival
Arti survival sendiri terdapat berbagai macam versi tapi menurut versi pencinta alam yaitu :
S : Size up the situation (Sadar dalam keadaan gawat darurat).
U : Undue Haste make a waste (Usahakan untuk tetap tenang dan tabah).
R : Remember where you are (Ingat dimana kamu berada).
V : Vanquish fear and panic (Hilangkan rasa takut dan panik).
I : Improvice it (Lakukan improvisasi).
V : Value of living (Menilai kehidupan).
A : Act like the natives (Peduli/ belajar dari penduduk).
L : Learn basic skill (Mempelajari keterampilan dasar).
Dan yang perlu ditekankan jika tersesat gunakan istilah “STOP” yang artinya :
S : Stop & seating (berhenti dan duduklah).
T : Thingking (berpikirlah).
O : Observe (amati keadaan sekitar).
P : Planning (buat rencana mengenai tindakan yang harus dilakukan).

Kebutuhan survival
Yang harus dimiliki oleh seorang “survivor” adalah :
1. Sikap mental
- Semangat untuk tetap hidup.
- Kepercayaan diri.
- Akal sehat.
- Disiplin dan rencana matang.
- Kemampuan belajar dari pengalaman.
2. Pengetahuan
- Cara membuat biovak.
- Cara memperoleh air.
- Cara mendapatkan makanan.
- Cara membuat api.
- Pengetahuan orientasi medan.
- Cara mengatasi gangguan binatang.
- Cara mencari pertolongan.
3. Pengalaman dan latihan
- Latihan mengidentifikasikan tanaman.
- Latihan membuat trap, dll.
4. Peralatan
- Kotak survival (survival kit).
- Pisau jungle , dll.
5. Kemauan belajar
Langkah yang harus ditempuh bila ada kelompok yang tersesat :
- Mengkoordinasi anggota.
- Melakukan pertolongan pertama.
- Melihat kemampuan anggota.
- Mengadakan orientasi medan.
- Mengadakan penjatahan makanan.
- Membuat rencana dan pembagian tugas.
- Berusaha menyambung komunikasi dengan dunia luar.
- Membuat jejak dan perhatian.
- Mendapatkan pertolongan.
Bahaya-bahaya dalam survival
Banyak sekali bahaya dalam survival yang akan dihadapi, antara lain :
1. Ketegangan dan panik
Pencegahannya Sering berlatih, Berpikir positif dan optimis. Persiapan fisik dan mental.
2. Keadaan matahari / panas
- Kelelahan panas.
- Kejang panas.
- Sengatan panas.
Keadaan yang menambah parahnya keadaan panas :
- Penyakit akut / kronis.
- Baru sembuh dari penyakit.
- Demam.
- Baru memperoleh vaksinasi.
- Kurang tidur.
- Kelelahan.
- Terlalu gemuk.
- Penyakit kulit yang merata.
- Pernah mengalami sengatan udara panas.
- Minum alkohol.
- Dehidrasi.
Pencegahan keadaan panas, persediaan air, mengurangi aktivitas, pakaian yang longgar berlengan panjang, celana pendek, kaos oblong.
3. Serangan penyakit
- Demam.
- Disentri.
- Tipes.
- Malaria.
4. Kemerosotan atau jatuhnya mental
Gejalanya berupa lemah, lesu, tidak dapat berpikir dengan baik, histeris.
Penyebab : Kejiwaan dan fisik lemah serta keadaan lingkungan yang mencekam.
Pencegahan : Usahakan tenang dan banyak berlatih.
5. Bahaya binatang beracun dan berbisa
Keracunan
Gejalanya pusing dan muntah, nyeri dan kejang perut, kadang-kadang mencret, kejang-kejang seluruh badan, bisa pingsan. Penyebabnya bisa dikarenakan makanan dan minuman beracun. Pencegahannya meminum air garam, minum air sabun, mandi panas, minum teh pekat, dan ditotok anak tekaknya.
6. Keletihan amat sangat
Pencegahannya makan makanan berkalori serta membatasi kegiatan.
7. Kelaparan
8. Lecet
9. Kedinginan
Untuk penurunan suhu tubuh 30° C bisa menyebabkan kematian dan pencegahannya dengan cara membuat Biovak (shelter), yang tujuannya untuk melindungi dari angin, panas, hujan, dan dingin.
Macam – macam biovak :
a. Shelter asli alam seperti gua yang bukan tempat persembunyian binatang, tidak ada gas beracunnya,dan tidak mudah longsor.
b. Shelter buatan dari alam.
c. Shelter buatan.
Syarat – syarat mendirikan biovak seperti hindari dari daerah aliran air, di atas shelter tidak ada dahan pohon mati/rapuh, bukan sarang nyamuk/serangga.
Mengatasi Gangguan Binatang
a. Nyamuk
Pencegahannya gunakan obat nyamuk, autan dan gosokkan sedikit garam pada bekas gigitan nyamuk.
b. Laron
Mengusir laron yang terlalu banyak dengan cabe yang digantungkan.


c. Lebah
Apabila disengat lebah oleskan air bawang merah pada luka berkali-kali dan tempelkan tanah basah/liat di atas luka lalu jangan dipijit-pijit.
d. Lintah
Apabila digigit lintah teteskan air tembakau pada lintahnya, Taburkan garam di atas lintahnya, Teteskan sari jeruk mentah pada lintahnya, Taburkan abu rokok di atas lintahnya.
e. Semut
Pencegahannya gosokkan obat gosok pada luka gigitan, letakkan cabe merah pada jalan semut, letakkan sobekan daun sirih pada jalan semut.
f. Kalajengking dan lipan
Pengobatannya pijatlah daerah sekitar luka sampai racunnya keluar, ikatlah tubuh di sebelah pangkal yang digigit, tempelkan asam yang dilumatkan di atas luka, bobokkan serbuk lada dan minyak goreng pada luka, dan taburkan garam di sekeliling biovak untuk pencegahan.
Membuat Perangkap (Trap)
Macam-macam perangkap. Perangkap model menggantung, perangkap tali sederhana, perangkap lubang jerat, perangkap menimpa. Bahannya berupa, tali/kawat, umpan, batang kayu, cabang pohon.
Membaca Jejak
Jenis – jenis jejak dialam terbuka :
a. Jejak buatan : dibuat oleh manusia.
b. Jejak alami : tanda jejak sebagai tanda keadaan lingkungan.
Jejak alami biasanya menyatakan tentang jenis binatang yang lewat, arah gerakan binatang, ukuran besar kecilnya binatang, cepat lambatnya gerakan binatang.
Membaca jejak alami dapat diketahui dari kotoran yang tersisa, pohon atau ranting yang patah, lumpur atau tanah yang tercecer di atas rumput.
Air
Seseorang dalam keadaan normal dan sehat dapat bertahan sekitar 20-30 hari tanpa makan, tapi orang tersebut hanya dapat bertahan hidup 3-5 hari saja tanpa air.
Air yang tidak perlu dimurnikan :
1. Hujan.
Tampung dengan ponco atau daun yang lebar dan alirkan ke tempat penampungan.
2. Dari tanaman rambat/rotan.
Potong setinggi mungkin lalu potong pada bagian dekat tanah, air yang menetes dapat langsung ditampung atau diteteskan ke dalam mulut.
3. Dari tanaman
Air yang terdapat pada bunga (kantung semar) dan lumut.
Air yang harus dimurnikan terlebih dahulu :
1. Air sungai besar.
2. Air sungai tergenang.
3. Air yang didapatkan dengan menggali pasir di pantai (± 5 meter dari batas pasang surut).
4. Air di daerah sungai yang kering, caranya dengan menggali lubang di bawah batuan.
5. Air dari batang pisang, caranya tebang batang pohon pisang, sehingga yang tersisa tinggal bawahnya lalu buat lubang maka air akan keluar, biasanya dapat keluar sampai 3 kali pengambilan.

Makanan
Patokan memilih makanan, makanan yang di makan kera juga bisa di makan manusia, hati-hatilah pada tanaman dan buah yang berwarna mencolok, hindari makanan yang mengeluarakan getah putih, seperti sabun kecuali sawo, tanaman yang akan dimakan di coba dulu dioleskan pada tangan-lengan-bibir-lidah, tunggu sesaat, apabila aman bisa dimakan. Hindari makanan yang terlalu pahit atau asam.
Hubungan air dan makanan. Untuk makanan yang mengandung karbohidrat memerlukan air yang sedikit, dan makanan ringan yang dikemas akan mempercepat kehausan. Makanan yang mengandung protein butuh air yang banyak.
Tumbuhan yang dapat dimakan
Dari batang inti pohon pisang (putihnya), bambu yang masih muda (rebung), pakis dalamnya berwarna putih, sagu dalamnya berwarna putih, dan tebu.
Dari daunnya, Selada air, rasamala (yang masih muda), daun melinjo, dan daun singkong.
Akar dan umbinya Ubi jalar, talas, dan singkong
Buahnya, arbei, asam jawa, juwet
Tumbuhan yang dapat dimakan seluruhnya jamur merang dan jamur kayu.
Ciri-ciri jamur beracun mempunyai warna mencolok, baunya tidak sedap, bila dimasukkan kedalam nasi, nasinya menjadi kuning, sendok menjadi hitam bila dimasukkan ke dalam masakan, bila diraba mudah hancur, punya cawan/bentuk mangkok pada bagian pokok batangnya, tumbuh dari kotoran hewan, mengeluarkan getah putih.
Binatang yang bisa dimakan antara lain Belalang, Jangkrik, Cacing, Jenis burung, Laron, Lebah (larva), madu, siput, kadal (bagian belakang dan ekor), katak hijau, ular (1/3 dari bagian tubuh tengahnya), dan binatang besar lainnya.
Binatang yang tidak bisa dimakan yang mengandung bisa : lipan dan kalajengking. Yang mengandung racun : penyu laut. Yang mengandung bau yang khas : sigung.
Api
Bila mempunyai bahan untuk membuat api, yang perlu diperhatikan adalah jangan membuat api terlalu besar tetapi buatlah api yang kecil beberapa buah, hal ini lebih baik dan panas yang dihasilkan merata.
Cara membuat api dengan lensa / kaca pembesar yang difokuskan sinar pada satu titik dimana diletakkan bahan yang mudah terbakar. Gesekan kayu dengan kayu, cara ini adalah cara yang paling susah, caranya dengan menggesek-gesekkan dua buah batang kayu sehingga panas dan kemudian dekatkan bahan penyala, sehingga terbakar. Busur dan gurdi, buatlah busur yang kuat dengan mempergunakan tali sepatu atau parasut, gurdikan kayu keras pada kayu lain sehingga terlihat asap dan sediakan bahan penyala agar mudah tebakar. Bahan penyala yang baik adalah kawul terdapat pada dasar kelapa, atau daun aren.
Survival Kit
Survival kit merupakan perlengkapan untuk survival yang harus dibawa dalam perjalanan seperti perlengkapan memancing, pisau, tali kecil, senter, cermin kecil, peluit, korek api yang disimpan dalam tempat kedap air, tablet garam, norit, obat-obatan pribadi, peralatan menjahit (jarum, benang, peniti).


5. PPGD ( Penanganan Penderita Gawat Darurat )
Penanganan Penderita Gawat Darurat (PPGD) adalah serangkaian usaha-usaha pertama yang dapat dilakukan pada kondisi gawat darurat dalam rangka menyelamatkan pasien dari kematian. Prinsip Utama PPGD adalah menyelamatkan pasien dari kematian pada kondisi gawat darurat. Kemudian filosofi dalam PPGD adalah “Time Saving is Life Saving”, dalam artian bahwa seluruh tindakan yang dilakukan pada saat kondisi gawat darurat haruslah benar-benar efektif dan efisien, karena pada kondisi tersebut pasien dapat kehilangan nyawa dalam hitungan menit saja (henti nafas selama 2-3 menit dapat mengakibatkan kematian).
Langkah-langkah dasar dalam PPGD dikenal dengan singkatan A-B-C-D (Airway-Breathing-Circulation-Disability). Keempat poin tersebut adalah poin-poin yang harus sangat diperhatikan dalam penanggulangan pasien dalam kondisi gawat darurat :
1. Ada pasien tidak sadar.
2. Pastikan kondisi tempat pertolongan aman bagi pasien dan penolong.
3. Beritahukan kepada lingkungan kalau anda akan berusaha menolong.
4. Cek kesadaran pasien dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Lakukan dengan metode AVPU.
b. A –> Alert : Korban sadar jika tidak sadar lanjut ke poin V.
c. V –> Verbal : Cobalah memanggil-manggil korban dengan berbicara keras di telinga korban (pada tahap ini jangan sertakan dengan menggoyang atau menyentuh pasien), jika tidak merespon lanjut ke poin P.
d. P –> Pain : Cobalah beri rangsang nyeri pada pasien, yang paling mudah adalah menekan bagian putih dari kuku tangan (di pangkal kuku), selain itu dapat juga dengan menekan bagian tengah tulang dada (sternum) dan juga areal diatas mata (supra orbital).
e. U –> Unresponsive : Setelah diberi rangsang nyeri tapi pasien masih tidak bereaksi maka pasien berada dalam keadaan unresponsive.
5. Call for Help, mintalah bantuan kepada masyarakat yang ada di sekitar untuk menelpon ambulans rescue (118) dengan memberitahukan :
a. Jumlah korban.
b. Kesadaran korban (sadar atau tidak sadar).
c. Perkiraan usia dan jenis kelamin ( ex: lelaki muda atau ibu tua).
d. Tempat terjadi kegawatan ( alamat lokasi yang lengkap).
6. Bebaskanlah korban dari pakaian di daerah dada (buka kancing
baju bagian atas agar dada terlihat).
7. Posisikan diri di sebelah korban, usahakan posisi kaki yang mendekati kepala sejajar dengan bahu pasien.
8. Cek apakah ada tanda-tanda berikut :
a. Luka- luka dari bagian bawah bahu ke atas (supra clavicula).
b. Pasien mengalami tumbukan di berbagai tempat (misal : terjatuh dari sepeda motor).
c. Berdasarkan saksi pasien mengalami cedera di tulang belakang bagian leher.
9. Tanda-tanda tersebut adalah tanda-tanda kemungkinan terjadinya cedera pada tulang belakang bagian leher (cervical), cedera pada bagian ini sangat berbahaya karena disini tedapat syaraf-syaraf yg mengatur fungsi vital manusia (bernapas, denyut jantung).
a. Jika tidak ada tanda-tanda tersebut maka lakukanlah Head Tilt and Chin Lift. Chin lift dilakukan dengan cara menggunakan dua jari lalu mengangkat tulang dagu (bagian dagu yang keras) ke atas. Ini disertai dengan melakukan Head tilt yaitu menahan kepala dan mempertahankan posisi seperti figure. Ini dilakukan untuk membebaskan jalan napas korban.
b. Jika ada tanda-tanda tersebut, maka beralihlah ke bagian atas pasien, jepit kepala pasien dengan paha, usahakan agar kepalanya tidak bergerak-gerak lagi (imobilisasi) dan lakukanlah Jaw Thrust. Gerakan ini dilakukan untuk menghindari adanya cedera lebih lanjut pada tulang belakang bagian leher pasien.
10. Sambil melakukan a atau b di atas, lakukanlah pemeriksaan kondisi Airway (jalan napas) dan Breathing (Pernapasan) pasien.
11. Metode pengecekan menggunakan metode Look, Listen, dan Feel.
Look :

Listen :

Feel :

Jenis-jenis suara nafas tambahan karena hambatan sebagian jalan nafas :
a. Snoring : suara seperti ngorok, kondisi ini menandakan adanya kebuntuan jalan napas bagian atas oleh benda padat, jika terdengar suara ini maka lakukanlah pengecekan langsung dengan cara cross-finger untuk membuka mulut (menggunakan 2 jari, yaitu ibu jari dan jari telunjuk tangan yang digunakan untuk chin lift tadi, ibu jari mendorong rahang atas ke atas, telunjuk menekan rahang bawah ke bawah). Lihatlah apakah ada benda yang menyangkut di tenggorokan korban (gigi palsu dll). Pindahkan benda tersebut.
b. Gargling : suara seperti berkumur, kondisi ini terjadi karena ada kebuntuan yang disebabkan oleh cairan (darah), maka lakukanlah cross-finger (seperti di atas), lalu lakukanlah finger-sweep (sesuai namanya, menggunakan 2 jari yang sudah dibalut dengan kain untuk menyapu rongga mulut dari cairan-cairan).
c. Crowing : suara dengan nada tinggi, biasanya disebakan karena pembengkakan (edema) pada trakea, untuk pertolongan pertama tetap lakukan manuver head tilt dan chin lift atau jaw thrust saja.

Jika suara napas tidak terdengar karena ada hambatan total pada jalan napas, maka dapat dilakukan :
a. Back Blow sebanyak 5 kali, yaitu dengan memukul menggunakan telapak tangan ke daerah antara tulang scapula di punggung.
b. Heimlich Manuver, dengan cara memposisikan diri seperti diatas, lalu menarik tangan ke arah belakang atas.
c. Chest Thrust, dilakukan pada ibu hamil, bayi atau obesitas dengan cara memposisikan diri dihadapan korban lalu mendorong tangan kearah dalam atas.
12. Jika ternyata pasien masih bernafas, maka hitunglah berapa frekuensi pernapasan pasien itu dalam 1 menit (Pernapasan normal adalah 12-20 kali per menit).
13. Jika frekuensi nafas normal, pantau terus kondisi pasien dengan tetap melakukan Look, Listen, and Feel.
14. Jika frekuensi nafas < 12-20 kali per menit, berikan nafas bantuan (detail tentang nafas bantuan dibawah).
15. Jika pasien mengalami henti nafas berikan nafas buatan (detail tentang nafas buatan dibawah).
16. Setelah diberikan nafas buatan maka lakukanlah pengecekan nadi carotis yang terletak di leher (mengecek dengan 2 jari, letakkan jari di tonjolan di tengah tenggorokan, lalu gerakkanlah jari ke samping, sampai terhambat oleh otot leher (sternocleidomastoideus), rasakanlah denyut nadi carotis selama 10 detik.
17. Jika tidak ada denyut nadi maka lakukanlah Pijat Jantung (figure D dan E , figure F pada bayi), diikuti dengan nafas buatan (figure A,B dan C),ulang sampai 6 kali siklus pijat jantung-napas buatan, yang diakhiri dengan pijat jantung.
18. Cek lagi nadi carotis (dengan metode seperti diatas) selama 10 detik, jika teraba lakukan Look, Listen, and Feel (kembali ke poin 11) lagi. jika tidak teraba ulangi poin nomor 17.
19. Pijat jantung dan nafas buatan dihentikan jika :
a. Penolong kelelahan dan sudah tidak kuat lagi.
b. Pasien sudah menunjukkan tanda-tanda kematian (kaku mayat).
c. Bantuan sudah datang.
d. Teraba denyut nadi carotis.
20. Setelah berhasil mengamankan kondisi diatas periksalah tanda-tanda shock pada pasien :
a. Denyut nadi > 100 kali per menit.
b. Telapak tangan basah dingin dan pucat.
c. Capilarry Refill Time > 2 detik (CRT dapat diperiksa dengan cara menekan ujung kuku pasien dengan kuku pemeriksa selama 5 detik, lalu lepaskan, cek berapa lama waktu yang dibutuhkan agar warna ujung kuku merah lagi).
21. Jika pasien shock, lakukan Shock Position pada pasien, yaitu dengan mengangkat kaki pasien setinggi 45 derajat dengan harapan sirkulasi darah akan lebih banyak ke jantung.
22. Pertahankan posisi shock sampai bantuan datang atau tanda-tanda shock menghilang.
23. Jika ada pendarahan pada pasien, cobalah hentikan pendarahan dengan cara menekan atau membebat luka (membebat jangan terlalu erat karena dapat mengakibatkan jaringan yang dibebat mati).
24. Setelah kondisi pasien stabil, tetap monitor selalu kondisi pasien dengan Look, Listen, and Feel, karena pasien sewaktu-waktu dapat memburuk secara tiba-tiba.
Nafas Bantuan
Nafas Bantuan adalah nafas yang diberikan kepada pasien untuk menormalkan frekuensi nafas pasien yang di bawah normal. Misal frekuensi napas : 6 kali per menit, maka harus diberi nafas bantuan di sela setiap nafas spontan dia sehingga total nafas per menitnya menjadi normal (12 kali).
Prosedurnya sebagai berikut :
1. Posisikan diri di samping pasien.
2. Jangan lakukan pernapasan mouth to mouth langsung, tapi gunakanlah kain sebagai pembatas antara mulut anda dan pasien untuk mencegah penularan penyakit.
3. Sambil tetap melakukan chin lift, gunakan tangan yang tadi digunakan untuk head tilt untuk menutup hidung pasien (agar udara yg diberikan tidak terbuang lewat hidung).
4. Mata memperhatikan dada pasien.
5. Tutupilah seluruh mulut korban dengan mulut penolong.
6. Hembuskanlah nafas satu kali (tanda jika nafas yang diberikan masuk adalah dada pasien mengembang).
7. Lepaskan penutup hidung dan jauhkan mulut sesaat untuk membiarkan pasien menghembuskan nafas keluar (ekspirasi).
8. Lakukan lagi pemberian nafas sesuai dengan perhitungan agar nafas kembali normal.
Nafas Buatan
Cara melakukan nafas buatan sama dengan nafas bantuan, bedanya nafas buatan diberikan pada pasien yang mengalami henti napas. Diberikan 2 kali efektif (dada mengembang)
Pijat Jantung
Pijat jantung adalah usaha untuk “memaksa” jantung memompakan darah ke seluruh tubuh, pijat jantung dilakukan pada korban dengan nadi karotis yang tidak teraba. Pijat jantung biasanya dipasangkan dengan nafas buatan.
Prosedur pijat jantung :
1. Posisikan diri di samping pasien.
2. Posisikan tangan di center of the chest ( tepat ditengah-tengah dada).
3. Tekanlah dada korban menggunakan tenaga yang diperoleh dari sendi panggul (hip joint).
4. Tekanlah dada kira-kira sedalam 4-5 cm.
5. Setelah menekan, tarik sedikit tangan ke atas agar posisi dada kembali normal.
6. Satu set pijat jantung dilakukan sejumlah 30 kali tekanan, untuk memudahkan menghitung dapat dihitung dengan cara menghitung sebagai berikut :
Satu Dua Tiga Empat SATU
Satu Dua Tiga Empat DUA
Satu Dua Tiga Empat TIGA
Satu Dua Tiga Empat EMPAT
Satu Dua Tiga Empat LIMA
Satu Dua Tiga Empat ENAM
7. Prinsip pijat jantung adalah :
a. push deep.
b. Push hard.
c. Push fast.
d. Maximum recoil (berikan waktu jantung relaksasi).
e. Minimum interruption (pada saat melakukan prosedur ini penolong tidak boleh diinterupsi).
Perlindungan Diri Penolong
Dalam melakukan pertolongan pada kondisi gawat darurat, penolong tetap harus senantiasa memastikan keselamatan dirinya sendiri, baik dari bahaya yang disebabkan karena lingkungan, maupun karena bahaya yang disebabkan karena pemberian pertolongan.
Poin-poin penting dalam perlindungan diri penolong :
1. Pastikan kondisi tempat memberi pertolongan tidak akan membahayakan penolong dan pasien.
2. Minimalisir kontak langsung dengan pasien, itulah mengapa dalam memberikan napas bantuan sedapat mungkin digunakan sapu tangan atau kain lainnya untuk melindungi penolong dari penyakit yang mungkin dapat ditularkan oleh korban.
3. Selalu perhatikan kesehatan diri penolong, sebab pemberian pertolongan pertama adalah tindakan yang sangat memakan energi. Jika dilakukan dengan kondisi tidak fit, justru akan membahayakan penolong sendiri.

6. DINAMIKA PENCINTA ALAM
Pada dinamika pencinta alam ini lebih condong mengarah pada proses pergejolakan awal perkembangan pencinta alam di Indonesia, yang mana secara singkat dimulai dari sebuah perkumpulan yaitu "Perkumpulan Pentjinta Alam"(PPA). Berdiri 18 Oktober 1953. PPA merupakan perkumpulan hobi yang diartikan sebagai suatu kegemaran positif serta suci, terlepas dari 'sifat maniak' yang semata-mata melepaskan nafsunya dalam corak negatif. Tujuan mereka adalah memperluas serta mempertinggi rasa cinta terhadap alam seisinya dalam kalangan anggotanya dan masyarakat umumnya. Sayang perkumpulan ini tak berumur panjang.
Penyebabnya antara lain faktor pergolakan politik dan suasana yang belum terlalu mendukung sehingga akhirnya PPA bubar di akhir tahun 1960. Yang kemudian merambah ke wilayah kampus Pada saat itu kegiatan politik praktis mahasiswa dibatasi dengan keluarnya SK 028/3/1978 tentang pembekuan total kegiatan Dewan Mahasiswa dan Senat Mahasiswa yang melahirkan konsep Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK).
Sehingga pada suatu sore, 8 Nopember 1964, ketika mahasiswa FSUI sedang beristirahat setelah mengadakan kerjabakti di TMP Kalibata. Soe Hok Gie mengemukakan suatu gagasan yang sebenarnya gagasan ini, seperti yang dikemukakan Soe Hok Gie sendiri, diilhami oleh organisasi pencinta alam yang didirikan oleh beberapa orang mahasiswa FSUI pada tanggal 19 Agustus 1964 di Puncak gunung Pangrango. Organisasi yang bernama Ikatan Pencinta Alam Mandalawangi itu keanggotaannya tidak terbatas di kalangan mahasiswa saja. Semua yang berminat dapat menjadi anggota setelah melalui seleksi yang ketat.
Sayangnya organisasi ini mati pada usianya yang kedua. Pada pertemuan kedua yang diadakan di Unit III bawah gedung FSUI Rawamangun, didepan ruang perpustakaan. Hadir pada saat itu Herman O. Lantang yang pada saat itu menjabat sebagai Ketua Senat Mahasiswa FSUI. Pada saat itu dicetuskan nama organisasi yang akan lahir itu IMPALA, singkatan dari Ikatan Mahasiswa Pencinta Alam.
Namun setelah bertukar pikiran dengan Pembantu Dekan III bidang Mahalum, yaitu Drs. Bambang Soemadio dan Drs. Moendardjito yang ternyata menaruh minat terhadap organisasi tersebut dan menyarankan agar mengubah nama IMPALA menjadi MAPALA PRAJNAPARAMITA. Nama ini diberikan oleh Bapak Moendardjito. Mapala merupakan singkatan dari Mahasiswa Pencinta Alam. Dan Prajnaparamita berarti “Dewi pengetahuan”. Selain itu Mapala juga berarti berbuah atau berhasil. Jadi dengan menggunakan nama ini diharapkan segala sesuatu yang dilaksanakan oleh anggotanya akan selalu berhasil berkat lindungan “dewi pengetahuan”.
Ide pencetusan pada saat itu memang didasari dari faktor politis selain dari hobi individual pengikutnya, dimaksudkan juga untuk mewadahi para mahasiswa yang sudah muak dengan organisasi mahasiswa lain yang sangat berbau politik dan perkembangannya mempunyai iklim yang tidak sedap dalam hubungannya antar organisasi.
Dalam tulisannya di Bara Eka 13 Maret 1966, Soe Hoek Gie mengatakan bahwa : “Tujuan Mapala ini adalah mencoba untuk membangunkan kembali idealisme di kalangan mahasiswa untuk secara jujur dan benar-benar mencintai alam, tanah air, rakyat dan almamaternya. Mereka adalah sekelompok mahasiswa yang tidak percaya bahwa patriotisme dapat ditanamkan hanya melalui slogan-slogan dan jendela-jendela mobil. Mereka percaya bahwa dengan mengenal rakyat dan tanah air Indonesia secara menyeluruh, barulah seseorang dapat menjadi patriot-patriot yang baik”
Para mahasiswa itu, diawali dengan berdirinya Mapala Universitas Indonesia, membuang energi mudanya dengan merambah alam mulai dari lautan sampai ke puncak gunung. Mapala atau Mahasiswa Pecinta Alam adalah organisasi yang beranggotakan para mahasiswa yang mempunyai kesamaan minat, kepedulian dan kecintaan dengan alam sekitar dan lingkungan hidup. Sejak itulah pecinta alam pun merambah tak hanya kampus (Kini, hampir seluruh perguruan tinggi di Indonesia memiliki mapala baik di tingkat universitas maupun fakultas hingga jurusan), melainkan ke sekolah-sekolah, ke bilik-bilik rumah ibadah, sudut-sudut perkantoran, lorong-lorong atau kampung-kampung. Seakan-akan semua yang pernah menjejakkan kaki di puncak gunung sudah merasa sebagai pecinta alam.
Sejak saat itu mulailah bermunculan organisasi-organisasi pencinta alam lain di Indonesia, baik itu di wilayah kampus bahkan tingkat sekolah menengah sekalipun.
7. ROCK CLIMBING
Rock Climbing adalah kegiatan memanjat tebing/batu. Yang pada mana kegiatan ini pertama kali dilakukan pada tahun 1492 dipegunungan Alpen Swiss. Dan kemudian berkembang dengan dibuatnya cincin panjat ( Carabiners) oleh pemanjat berkebangsaan Jerman. Kemudian kegiatan ini masuk di Indonesia pada tahun 1976 dan pertama kali dilakukan oleh orang Indonesia yakni Harry Sulistianto ditahun yang sama, yang kemudian mendirikan FPGTI (Federasi Panjat Gunung Tebing Indonesia) yang telah berganti nama menjadi FPTI ( Federasi Panjat Tebing Indonesia ) sekarang.
Teknik atau sistem pemanjatan secara umum terbagi menjadi :
- Alpen Tactic.
Pemanjatan jenis ini antara titik start dengan pitch terakhir sama sekali tidak terhubung dengan tali transport, sehingga jalur pemanjatan adalah sebagai jalur perjalanan yang tidak akan dilewati kembali oleh team yang dibawah. Maka pemanjatan dengan sistem ini benar-benar harus matang perencanaannya karena semua kebutuhan yang mendukung dalam pemanjatan tersebut harus dibawa pada saat itu juga.
- Himalayan Tactic.
Pemanjatan sistem Himalayan ini adalah pemanjatan yang dilakukan dengan cara terhubungnya antara titik start (ground) dengan pitch/ terminal terakhir pemanjatan, hubungan antara titik start dengan pitch adalah menggunakan tali transport, dimana tali tersebut adalah berfungsi supaya hubungan antara team pemanjat dengan team yang dibawah dapat terus berlangsung. Tali transport ini berfungsi juga sebagai lintasan pergantian team pemanjat juga sebagai jalur suplai peralatan ataupun yang lainnya. Dan Apabila salah satu dari anggota tim telah berhasil mencapai Top Rope, maka misi pemanjatan dianggap selesai.
Klasifikasi pada pemanjatan terbagi menjadi :
- Bouldering yakni pemanjatan yang tidak menggunakan tali pengaman, dan jarak ketinggian yang ditempuh sekitar 2-4 meter dengan menggunakan peralatan sederhana seperti magnesium, chalk bag, dan sepatu manjat (vibram), dan jika terjatuh kecil resiko cedera yang dialami pemanjat.
- Top Rope. Hampir sama dengan bouldering tapi terdapat sedikit perbedaan dari alat yang digunakan dan jarak ketinggian yaitu tali pengaman telah terpasang lebih dulu, terdapat carabiners dan runner, dan ketinggian diatas dari 4 meter. resiko cedera akibat terjatuh lebih kecil dari bouldering.
- Free Climbing. Pada teknik ini lebih memiliki resiko yang besar karena selain ukuran ketinggian yang lebih dari 5 meter, jalur yang ditempuh juga relatif sulit dan tali yang akan digunakan harus terpasang bersamaan ketika mencapai pada puncak pemanjatan.
- Artificial Climbing. Atau pemanjatan buatan karena pemanjatan ini menggunakan alat khusus/tambahan untuk menambah ketinggian.
- Free soloing. Pemanjatan ini mempunyai resiko yang sangat besar karena dilakukan tanpa menggunakan alat pengaman.
Pada kegiatan Rock Climbing harus menjunjung tinggi etika dalam pemanjatan yang antara yakni :
- Tidak mengambil jalur pemanjat.
- Tidak mencabut bendera jalur.
- Tidak memahat tebing.
Dan berikut adalah peralatan yang digunakan pada kegiatan Rock Climbing :
- Tali.
- Sepatu memanjat (vibram).
- Carabiners.
- Harness.
- Chalk bag.
- Webbing.
- Figure of eight.
- Piton.
- Helm.
8. CAVING
Caving berasal dari kata “cave” yang artinya gua dan “ing” yang merupakan imbuhan kata kerja. Caving secara istilah adalah lubang besar yang berada didalam tanah yang bentuknya tidak teratur tapi bisa dijajaki oleh manusia dan hewan lainnya. Dan ilmu yang mempelajari tentang gua disebut dengan Speleologi.
Pada tahun 1674 seorang ahli bedah dan geologi amatir dari Samerset, Inggris yaitu Jhon Beaumont, melakukan penelusuran gua sumuran (potholing) yang pertama kali dan diakui oleh British Royal Society. Yang kemudian ditahun 1680 Baron Johan Valsavon seorang filsufis, pertama kali mendiskripsikan tentang gua dalam bentuk laporan ilmiah lengkap berdasarkan penelitiannya terhadap 70 gua selama 10 tahun.
Tahun 1818 Kaisar Habsburg Francis adalah orang yang pertama kali melakukan kegiatan wisata dalam gua saat mengunjungi gua Adelsberg (gua postonja) di Yugoslavia. Yang kemudian pada tahun 1838 ada seorang pengacara bernama Franklin Gorin adalah pemilik tanah yang terbesar dan terpanjang di dunia dimana didalamnya terdapat mammoth cave di Kentucky, Amerika Serikat. Mammoth cave sendiri memiliki 222 lorong dengan panjang 300 mil. Gua tersebut dikomersilkan dan dipekerjakannya seorang mulatto yang bernama Stephen Bishop yang berumur 17 tahun sebagai budak penjaga gua.
Tahun 1866-1888 : masa ini merupakan masa pengakuan speleologi yang dipelopori oleh Edouard Alfred Martel dari Prancis dan diakui sebagai bapak speleologi dunia berkat usahanya mengkampanyekan cara menelusuri gua dengan baik.
Setelah perang dunia I :
Abad XX : Speleologi tentang gua sudah tidak terlalu menarik untuk mempelajarinya.
Sejarah Caving dan Speleologi Indonesia
- Tahun 1982 : Maraknya kegiatan speleologi dan caving dikenal karena datangnya berbagai tim speleologi dari Inggris dan Prancis. Saat itu sebuah kelompok ahli hidrogeologi dan sebagian adalah anggota dari British Cave Researche Assosiation, datang di kawasan karst Gunung Sewu. Tak kurang dari 250 telah disurvey dan dipetakan.
- Tahun 1982 : Organisasi SPECAVINA (Speleologi Caving Indonesia) didirikan oleh Dr. Robby Ko King Tjoen dan Norman Edwin. Kemudian pada tanggal 22 Mei 1983 berdirilah Himpunan Kegiatan Speleologi Indonesia menggantikan Organisasi SPECAVINA yang mana pendirinya masih Dr. Robby Ko King Tjoen dan kemudian mendapatkan pengakuan dari UIS (Union International de Speleologie) dan terdaftar juga di LIPI sebagai organisasi afiliasi profesi ilmiah, maka Pemerintah Indonesia mengakuinya sebagai wadah kegiatan speleologi di Indonesia secara resmi. Kemudian banyak bermunculan beberapa kelompok penelusuran gua diseluruh wilayah Jawa dan Bali, diantaranya :
• JSC (Jakarta Speleo Club).
• DSC (Denpasar Speleological Club).
• BSC (Bogor Speleological Club).
• Scala (Speleo Club Malang).
- Tahun 1992 : Di Yogyakarta berdiri suatu forum tukar menukar informasi dan pengetahuan di bidang caving dan speleologi. Forum tersebut ialah Arisan Caving Yogyakarta, yang sampai sekarang masih aktif mengadakan pertemuan dan kegiatan.
- Tahun 1996 : Di Semarang berdiri forum yang sama bernama KSS atau Koordinasi Speleologi Semarang. Dan di tahun yang sama di Surakarta, Jawa Tengah berdiri juga Forum Caving Surakarta. (sumber dari subterra.web.id/speleologi-karstologi).
Jenis-Jenis Gua dan Pembentukannya
Berdasarkan Bahan :
1. Gua yang terbentuk karena pengaruh cuaca.
2. Gua yang terbentuk karena ombak (gua litoral).
3. Gua lava.
Terbentuk akibat pergeseran permukaan tanah akibat gejala keaktifan vulkanik. Gua ini berbentuk diagonal dan bahan dasarnya dari lahar yang mengendap.
4. Gua es.
Terbentuk karena desakan air/es/salju yang mencair sehingga membentuk lorong-lorong yang akan membentuk gua.
5. Gua karst (batu gamping).
Terbentuk karena adanya pelapukan batu kapur akibat aktifitas air sehingga tercipta lorong-lorong yang akan membentuk gua. Gua karst terbentuk dari calcium carbonat dan mengandung mineral-mineral yang mudah larut dalam air seperti quarts, flint, gypsum, dan MgCO3.
Berdasarkan Bentuknya :
1. Gua Vertikal.
Gua yang mulutnya berbentuk dinding terjal/tegak, sehingga untuk penelusurannya memerlukan alat untuk turun dan naik. Alat yang digunakan ialah SRT (Single Rope Tactic).
2. Gua Horizontal.
Bentuk gua yang relatif mendatar. Dapat ditelusuri dengan cara berjalan, merangkak, berenang dan teknik-teknik penelusuran lainnya.
3. Gua Diagonal.
Bentuk gua yang relatif miring. Dapat ditelusuri dengan cara merangkak.
Fungsi Dan Tujuan Penelusuran Gua
Fungsi selalu berjalan seiring dengan tujuan seseorang masuk gua.
• Sebagai tempat bertualang.
• Sebagai tempat untuk penelitian.
• Sebagai tempat untuk berwisata.
• Berfungsi untuk bidang sosial dan budaya.
• Sebagai tempat untuk berlindung.
• Tempat pemujaan.
• Kesenian.
Ornamen-Ornamen Gua
• Stalaktit : Terbentuk dari tetesan air dari atap gua yang mengandung kalsium karbonat (CaCO3) yang mengkristal dan mengendap.
• Stalakmit : Merupakan pasangan dari stalakmit, yang tumbuh di lantai gua karena hasil tetesan dari langit-langit gua.
• Pilar/coloumn : Hasil pertemuan endapan antara stalaktit dan stalakmit yang membentuk tiang.
• Straw / soda straw : Merupakan stalaktit yang berbentuk pipet.
• O’olites : batuan bulat yang terdapat di celah-celah dasar lantai.
• Flowstone : Endapan tpis yang terbentuk karena aliran air yang mengeras.
• Gourdam : Gundukan-gundukan seperti tangga. Terbentuk karena genangan air yang tenang terdapat di lantai gua yang membentuk kolam.
• Rim stone pool : Serupa dengen gourdam tetapi kolam yang terbentuk lebih besar.
• Helictite : Ornamen kecil yang terbentuk karena dipengaruhi oleh arah grafitasi.
• Moon milk : Ornamen gua yang membentuk batuan besar dan bulat diatasnya.
Interior gua
• Chamber : Bentuknya seperti Aula dalam ukuran yang kecil.
• Passage : Lorong gua yang lurus.
• Chimney : Lubang-lubang kecil.
• Corridor : Penghubung antara 2 chamber.
• Hall : Aula yang besar.
• Sump : Ujung lorong yang buntu.
• Tunnel : Lorong yang tembus pada kedua ujungnya.
• Window : Bentuknya seperti ventilasi didalam gua.
• Dome : Atap kubah.
• Pit : Lubang turunan dalam gua yang berbentuk tangga.
• Crawl way : Lubang tikus atau lubang kecil di dalam gua.



Fauna gua
• Trogloxene : Organisme yang sebagian hidupnya di dalam gua. Misalnya : kelelawar.
• Accidental Trogloxene : Organisme yang hidupnya terjebak di dalam gua. Misalnya : kodok dan ular.
• Troglophile : Organisme hidupnya permanen di dalam gua. Misalnya kumbang dan ikan.
• Troglobite : Organisme yang hidup permanen dalam gua dan semua speciesnya hidup dalam kegelapan. Misalnya : ikan.
Bahaya caving
a. Bahaya subjektif
Yaitu bahaya yang berasal dari diri sendiri, misalnya :
- Ceroboh.
- Kurang persiapan.
- Tersesat.
- Tenggelam.
- Salah dalam pembagian tim.
- Tidak mematuhi etika, moral dan kewajiban penelusuran gua, dll.
b. Bahaya objektif
Yaitu bahaya yang beresal dari gua dan lingkungan sekitar. Misalnya :
- Udara beracun (CaO).
- Bahaya sungai bawah tanah.
- Banjir.
- Bebatuan yang runtuh.
- Adanya radang paru-paru akibat Guano (kotoran Kelelawar). Penyakit ini biasa disebut histoplasmosis.
Alat-alat yang dipergunakan dalam penelusuran gua
- Helm pelindung.
- Wear pack.
- Sepatu.
- Headlamp/senter.
- Lilin.
- Korek api.
- Webbing/tali pita.
- Dll.
Kode Etik Caving
1. Dilarang mengambil sesuatu kecuali gambar (TAKE NOTHING).
2. Dilarang membunuh sesuatu kecuali waktu (KILL NOTHING).
3. Dilarang meninggalkan apapun kecuali jejak (LEAVE NOTHING).

1. Keadaan Geografis Malino-Maros
melewati beberapa daerah, didaerah Malino meliputi: Pasar baru Malino, Kaccilolo, Mamampang dan daerah Maros meliputi: Pattunuang (Biseang Laboro), Jati, Bawa Tala-tala (Sungai Tanralili), Bonto- bonto, Bulu Ta’takang, Baru (Buru Monrolo), dan Baru (Bulu Baluloe).
Adapun letak geografis lokasi kegiatan Pendidikan Dasar XV CAREFA UNHAS adalah :
Kabupaten Gowa (Malino)
• Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kabupaten Maros.
• Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Sinjai.
• Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Jene’ponto.
• Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Takalar.
Kabupaten Maros
• Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kabupaten Pangkep.
• Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Sinjai dan Bone.
• Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Gowa.
• Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kotamadya Makassar.

2. Flora Dan Fauna
Adapun jenis flora yang kami jumpai selama perjalanan ialah pohon-pohon yang menjulang tinggi seperti pohon pinus, pohon bambu, pohon jati, pohon mangga dan lain-lain. Juga terdapat beberapa lahan perkebunan antara lain sayur-mayur, persawahan serta buah-buahan. Sedangkan jenis fauna yang kami jumpai di lokasi tersebut antara lain : Sapi, Kerbau, Ayam, Anjing, Kuda, Kupu-kupu, Burung, Monyet dan lain-lain.
3. Kondisi Sosial Budaya Dan Ekonomi
Pada umumnya masyarakat dilokasi Malino-Maros mayoritas beragama Islam dan suku yang mendominasi adalah Suku Bugis Makassar. Masyarakat di lokasi tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari rata-rata memilih beragam pekerjaan sebagai : bertani, berkebun, pembuat Gula Aren, dan lain-lain.
4. Potensi Alam
Potensi alam yang berada di daerah Malino antara lain : Perkebunan teh, Air terjun Takka’pala, Bendungan Bili’-bili’ sedangkan di daerah Maros terdapat potensi alam berupa Taman Wisata Biseang Labboro’, Gua Pattunuang asue’ di Ta’deang, Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, Gua Saripa, Gua Anjing dan lain-lain yang semuanya ini merupakan beberapa Obyek wisata yang cukup terkenal di daerah Sulawesi Selatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar